Friday, 22 April 2016

Teknik Pemeriksaan MSCT- Scan Pada Kasus Hidrosefalus

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Computer Assisted Tomografi  (CAT) atau Computed Tomografi (CT) diperkenalkan sejak tahun 1970 oleh Goldfrey Housfield seorang insinyur dai EMI Limited London dengan James Ambrosse seorang teknisi dari Atkinson Morley’s Hospital di London Inggris Pada tahun 1970. (Balinger, 1995)
CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, computer dan televisi. pada CT-Scan komputer menggantikan perananan film dan kaset. Prinsip dasarnya yaitu tabung sinar-x memutari pasien dan menyinari kemudian masing-masing detektor yang berhadapan dengan tabung.sinar x menangkap sisa-sisa sinar x yang telah menembus pasien. Semua data dikirimkan kekomputer untuk selanjutnya dilanjutkan pengolahan. Hasil pengolahan ditampilkan dilayar monitor dalam bentuk penampang bagian tubuh. ( Rasad, 1992). Keunggulan dari teknologi inilah yang dimanfaatkan untuk dapat memberikan diagnosa yang lebih tepat terutama kelainan-kelainan didalam otak seperti  adanya tumor (Graber, 2002). Kelebihan dari CT-Scan dibandingkan dengan radiografi konvensional adalah dapat membedakan soft tissue, lemak, udara, dan tulang pada irisan crossectional dan dapat direformat menjadi 3 dimensi sehingga terlihat jelas tanpa terhalang oleh jaringan (Grainger, 1992).
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (SSF) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi SSF yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari SSF. Bila akumulasi SSF yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada sistem ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai Hidrosefalus internal.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin mengkaji lebih lanjut masalah diatas, serta ingin mengangkatnya dalam sebuah karya tulis dengan judul : “TEKNIK PEMERIKSAAN CT-SCAN PADA KASUS HIDROSEFALUS

1.2  Rumusan Masalah
Penulis membatasi masalah pada karya tulis ini yaitu:
1.      Bagaimana contoh Pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus?
2.      Apa saja Parameter pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus?

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan ditulisnya karya tulis ini yaitu:
1.      Untuk Mengetahui Contoh Kasus Pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus
2.      Untuk Mengetahui Parameter Pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus

1.4  Manfaat Penulisan
Adapun Manfaat ditulisnya karya tulis ini yaitu:
1.      Sebagai sarana untuk menambah dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di kampus Atro Bali khusunya mengenai tekhnik pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus.
2.      Sebagai bahan masukan dan refrensi bagi mahasiswa Atro Bali yang tertarik pada topik mengenai Tekhnik Pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus.






BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Anatomi Kepala
2.1.1   Kulit Kepala
Terdapat tiga lapisan kulit kepala yaitu:
a.       Kulit yang ditumbuhi oleh rambut
b.      Jaringan subkutaneus
c.       Aponeuritik dan otor-ototnya
Kulit kepala walupun lunak tapi mempunyai daya lindung yang besar. Dikatakan bila tengkorak tidak terlindung oleh kulit ia hanya mampu menahan pukulan sampai 40 pond/inch2 tapi bila dilindungi kulit ia dapat menahan pukulan sampai 425-900 pound/inch2.
Ketiga lapisan kulit kepala ini merupakan suatu kesatuan yang dapat tergerak dan terpisah yang nyata dari periost luar tulang tengkorak, sebagai konsekuensinya terdapat suatu daerah yang rawan(locus minoris resistensi) diantara kulit dan tengkorak yang merupakan tempat berkumpulnya darah atau cairan bila kepala mengalami kekerasan dan memudahkan terjadinya infeksi.
2.1.2   Tulang-Tulang Kepala (Cranial Bone)
Tulang-tulang pada kepala dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu :
a.       Tulang-Tulang Tengkorak(Cranium Bone)
b.      Tulang-Tulang Wajah(Facial Bone)
Tulang-Tulang satu sama lain bergabung melalui sutura-sutura yang kuat dan tidak dapat bergerak. Tulang-Tulang pada kepala ini relatif tipis berkisar 5 mm dan terdiri dari tiga lapis yaitu:
a.       Lapisan luar(Tabula Externa)
b.      Lapisan dalam(Tabula Interna)
c.       Lapisan diantaranya(Diploe/spongi)
Lapisan dalam lebih tipis dari lapisan luar sehingga dapat ditemukan patahan pada lapisan dalam tanpa terlihat patahan pada lapisan luar. Pada lapisan dalam terdapat alur-alur tempat pembuluh darah berjalan sehingga bila lapisan ini patah pembuluh darah dapat robek.
Ketebalan dari masing-masing tulang berbeda-beda dan ini memberikan konsekuensi yang berbeda-beda bila tulang mengalami kekerasan. Tulang yang relatif tipis adalah tulang daerah mata dan pelipis sedangkan yang relatif tebal adalah tulang-tulang dahi dan daerah pelipis.
2.1.3   Meningen
Selaput Otak terdiri dari tiga lapisan yaitu:
a.       Lapisan Durameter. Disebut juga selaput otak keras, terdiri dari dua lapisan dan diantarnya terdapat rongga yang berisi sistem vena, disebut dural sinuses dan mempunyai hubungan dengan sestem vena-vena diotak dan kulit kepala. Durameter terdapat dibawah tulang tengkorak dan diantaranya terdapat ruangan yang disebut Epidural. Pada ruangan ini berjalan pembuluh darah arteri Meningea Media yang mempunyai peran penting untuk terjadinya Epidural Haemorrhagi.
b.      Lapisan Arachnoid. Disebut juga selaput otak lunak, lapisan ini terdapat dibawah durameter dan mengelilingi oak serta melanjutkan diri sampai ke sumsum tulang belakang. Ruangan diantara durameter dan arachnoid disebut Subdural space. Pada ruangan ini berjalan pembuluh-pembuluh Bridging Vein yang menghubungkan sistem vena orak dan meningen. Vena-vena ini sangat halus dan mudah trauma bila ada gerakan kepala mendadak(sliding) dan menimbulkan subdural haemorrhagi.
c.       Piameter. Lapisan ini merekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti Gyrus dari otak. Ruangan diantara arachnoid dan piameter disebut subarachnoid. Disini berjalan cerebro spinalis fluid(CSF) dari otak menuju sumsum tulang belakang.

2.2  Anatomi dan Fisiologi Otak
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat kendali semua bagian tubuh, yang dimana otak merupakan bagian dari semua saraf sentral yang terletak didalam rongga tengkorak(cranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Otak terletak didalam rongga cranium yang berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal.
a.       Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus strianum, talamus serta hipotalamus.
b.      Otak tengah menjadi tegmentum, krus serebri, korpus kuadrigeminus.
c.       Otak belakang menjadi pons varoli, medulla oblongata dan serebellum.
Otak mendapat suplai makanan yang terkandung dalam darah dari empat arteri besar yaitu dua arteri karotis interna kiri dan kanan, dan dua arteri vertebralis kiri dan kanan.
Penggunaan darah oleh otak sangat besar jika dibandingkan organ lain didalam tubuh manusia. 15-20% darah dari jantung akan menuju ke otak. Konsumsi oksigen untuk otak ialah antara 20-25%. Dengan ini dapat dibayangkan bagaimana bila otak kekurangan oksigen. Bagian otak yang paling banyak mendapatkan darah adalah Korteks Serebri, sehingga paling cepat mengalami atrofi(penyempitan) bila ada gangguang aliran darah.
Menurut lokasinya otak dibagi atas empat bagian yaitu:
a.       Lobus Frontal       : Mengatur emosional
b.      Lobus Temporal   : Mengatur Pendengaran
c.       Lobus Parietal      : Mengatur saraf motorik dan sensorik
d.      Lobus Occipital    : Mengatur Pengelihatan

Otak terdiri dari:
A.    Serebrum(Otak Besar)
Merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk seperti telur, dan mengisi penuh bagian depan serta atas rongga tengkorak. Fungsi serebrum yaitu:
a.       Sebagai memori atau penyimpanan ingatan
b.      Pusat persarafan yang menangani aktifitas mental, akal, intelegensia, keinginan dan memori.
c.       Pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil.
B.     Trunkus Serebri(Batang otak)
Fungsi dari batang otak yang paling utama adalah sebagai pengatur pusat pernafasan dan pengaturan gerakan refleks dari tubuh, yang terdiri dari:
a.       Diensepalon          : bagian otak yang paling atas yang terdapat diantara serebellum dengan mesensepalon
b.      Mesensepalon       : Atap dari mesensepalon terdiri dari empat bagian yang menonjol keatas, dua disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior dan dua disebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus inferior
c.       Pons Varoli           : Terletak di depan serebellu diantara otak tengah dan medula oblongata
d.      Medula Oblongata : Bagian otak yang paling bwah yang menghubungakan pons Varoli dengan medula spinalis(sum-sum tulang belakang).
C.     Serebellum(Otak Kecil)
Otak kecil terletak pda bagian depan dan belakang tengkorak, bentuknya oval, bagian yang mengecil pada bagian sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Kekerasan yang mengalami serebellum akan mampu menggerakan otot dan tulang, kesukaran untuk menelan dikarenakan tidak dapat mengontrol otot yang menggerakan lidah dan rahang. Fungsi serebellum yaitu:
a.       Mengatur keseimbangan dan rangsangan pendengaran ke otak
b.      Penerima impuls dari reseptor sensasi umum medula spinalis, nervus vagus, kelopak mata, rahang atas dan bawah, serta otot pengunyah
c.       Menerima informasi tentang gerakan yang sedang dan akan dikerjakan serta mengantur gerakan sisi badan.
Gambar. 2.1 Anatomi otak beserta lobus-lobusnya

2.3  Sistem Ventrikel otak dan kanalis spinalis
Sistem Ventrikel merupakan serangkaian rongga-rongga dalam otak(ventrikel) yang permukaannya dilapisi ependima(sel penyokong saraf) dan berisi cairan otak. Sistem ini terdiri dari:

1.      Ventrikel lateralis
Ada dua, terletak didalam hemispherii telencephalon. Kedua
ventrikel lateralis berhubungan denga ventrikel III (ventrikel tertius)
melalui foramen interventrikularis (Monro).
2.      Ventrikel III (Ventrikel Tertius)
Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh
thalamus dengan adhesio interthalamica dan hypothalamus.
Recessus opticus dan infundibularis menonjol ke anterior, dan
recessus suprapinealis dan recessus pinealis ke arah kaudal.
Ventrikel III berhubungan dengan ventrikel IV melalui suatu lubang
kecil, yaitu aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri).
3.      Ventrikel IV (Ventrikel Quartus)
Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa rhomboidea
antara cerebellum dan medulla serta membentang sepanjang
recessus lateralis pada kedua sisi. Masing-masing recessus
berakhir pada foramen Luschka, muara lateral ventrikel IV. Pada
perlekatan vellum medullare anterior terdapat apertura mediana
Magendie.
4.      Kanalis sentralis medula oblongata dan medula spinalis
Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang memanjang
sepanjang korda spinalis, dilapisi sel-sel ependimal. Diatas,
melanjut ke dalam medula oblongata, dimana ia membuka ke
dalam ventrikel IV.
5.      Ruang subarakhnoidal
Merupakan ruang yang terletak diantara lapisan arakhnoid dan
piamater.

Gambar 2.2 Sistem Ventrikel di dalam otak


2.3.1   Serebro Spinalis Fluid
Merupakan cairan yang mengalir melalui sistem ventrikel didalam otak, Cairan otak terletak di dalam raung khusus yang disebut ventrikel dan diproduksi oleh pleksus khoroideus yang ada didalam ventrikel, Cairan tersebut secara terautr diproduksi dan mengalir dari ventrikel satu ke ventrikel lain, keluar di sekitar otak, rongga sum-sum tulang belakang, kemudian diserap ke pembuluh darah vena, yang dimana Volume cairan otak pada orang dewasa berkisar antara 125 -150ml (setiap hari diproduksi sebanyak 400-500m atau 0.36 ml/menitl).
Fungsi dari cairan ini adalah sebagai shock absorber atau mengurangi efek truma dari luar, mengapungkan otakdari 1.400gr menjadi 50 gr, transport nutrisi dan hormon, serta membuang limbah metabolit.
Yang dimana Arah alirannya sebagai berkut:
Produksi di pleksus choroideus - ventriculus lateralis - foramen interventriculare - ventriculus tertius - aquaductus cerebri - ventriculus quartus - apertura lateralis dan mediana - cisterna magna - septum subarachnoidale - sinus sagitalis superior - villi granulatio arachnoidales - masuk vena

Gambar 2.3 Arah aliran Serebro Spinalis Fluid

2.4  Patofisiologi Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan dalam otak(serebro spinalis fluid), yang mengakibatkan cairan otak bertambah banyak shingga menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang penting.
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intracranial yang meninggi sehingga  terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinal.  Hidrosefalus bukan suatu penyakit yang berdiri sendiri. Sebenarnya, Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat suatu penyakit atau kerusakan otak. 
SSF dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel lateral ke dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke ventrikel IV. Di sana cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis externum melalui foramen lateralis dan medialis dari ventrikel IV. Pengaliran SSF ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus venosus atau ke dalam lacuna laterales; dan sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis, tempat terjadinya peralihan ke dalam plexus venosus yang padat dan ke dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus lymphaticus).
Kecepatan pembentukan SSF 0,3-0,4 cc/menit atau antara 0,2-0,5% volume total per menit dan ada yang menyebut antara 14-38cc/jam. Sekresi total SSF dalam 24 jam adalah sekitar 500-600cc, sedangkan jumblah total SSF adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi pertukaran atau pembaharuan dari SSF sebanyak 4-5 kali/hari. Pada neonatus jumblah total SSF berkisar 20-50 cc dan akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada orang dewasa. Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi dengan absorpsi dan gangguan sirkulasi SSF, Selain akibat gangguan pada produksi, absorpsi, dan sirkulasi, Hidrosefalus juga dapat timbul akibat Disgenesis serebri dan atrofi serebri, serta tlang tengkorak bayi dibawah usia 2 tahun masih belum menutup sempurna sehingga memungkinkan terjadinya Hidrosefalus..
Gambar 2.4 Hubungan antara gangguan produksi, sirkulasi dan absorbsi SSF
2.4.1   Klasifikasi Hidrosefalus
Hidrosefalus dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, antara lain :
1.      Berdasarkan Anatomi / tempat obstruksi CSS
A.    Hidrosefalus tipe obstruksi / non komunikans
Terjadi bila CSS otak terganggu (Gangguan di dalam atau pada sistem ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam sistem ventrikel otak), yang kebanyakan disebabkan oleh kongenital : stenosis akuaduktus Sylvius (menyebabkan dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel IV biasanya normal dalam ukuran dan lokasinya). Yang agak jarang ditemukan sebagai penyebab Hidrosefalus adalah sindrom Dandy-Walker, Atresia foramen Monro, malformasi vaskuler atau tumor bawaan. Radang (Eksudat, infeksi meningeal). Perdarahan/trauma (hematoma subdural). Tumor dalam sistem ventrikel (tumor intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa posterior).
B.     Hidrosefalus tipe komunikans
Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan penyerapan (Gangguan di luar sistem ventrikel).
·         perdarahan akibat trauma kelahiran menyebabkan perlekatan lalu menimbulkan blokade villi arachnoid.
·         Radang meningeal
·         Kongenital :
-        Perlekatan arachnoid/sisterna karena gangguan pembentukan.
-        Gangguan pembentukan villi arachnoid
-        Papilloma plexus choroideus
2.      Berdasarkan Etiologinya :
A.    Tipe obstruksi
                                                                                a.     Kongenital
·         Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau perdarahan selama kehidupan fetal; stenosis kongenital sejati adalah sangat jarang. (Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German measles, X-linked Hidrosefalus).
·         Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan Hidrosefalus. Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV dan hipoplasia vermis serebelum. Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga subarachnoid yang tidak adekuat, dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya tampak dalam 3 bulan pertama. Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan dengan anomali lainnya seperti agenesis korpus kalosum, labiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
·         Malformasi Arnold-Chiari
Anomali kongenital yang jarang dimana 2 bagian otak yaitu batang otak dan cerebelum mengalami perpanjangan dari ukuran normal dan menonjol keluar menuju canalis spinalis
·         Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal tidak dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena vena Galen mengalir di atas akuaduktus Sylvii, menggembung dan membentuk kantong aneurisma. Seringkali menyebabkan Hidrosefalus.
·         Hidrancephaly
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada dan diganti dengan kantong CSS.
                                                                               b.     Didapat (Acquired)
·         Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
infeksi oleh bakteri Meningitis , menyebabkan radang pada selaput (meningen) di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika jaringan parut dari infeksi meningen menghambat aliran CSS dalam ruang subarachnoid, yang melalui akuaduktus pada sistem ventrikel atau mempengaruhi penyerapan CSS dalam villi arachnoid. Jika saat itu tidak mendapat pengobatan, bakteri meningitis dapat menyebabkan kematian dalam beberapa hari. Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi demam, sakit kepala, panas tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus yang ekstrim, gejala meningitis ditunjukkan dengan muntah dan kejang. Dapat diobati dengan antibiotik dosis tinggi.
·         Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial
·         Hematoma intraventrikuler
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah mengalir dalam jaringan otak sekitar dan mengakibatkan perubahan neurologis. Kemungkinan Hidrosefalus berkembang sisebabkan oleh penyumbatan atau penurunan kemampuan otak untuk menyerap CSS.
·         Tumor (ventrikel, regio vinialis, fosa posterior)
Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun. 70% tumor ini terjadi dibagian belakang otak yang disebut fosa posterior. Jenis lain dari tumor otakyang dapat menyebabkan Hidrosefalus adalah tumor intraventrikuler dan kasus yang sering terjadi adalah tumor plexus choroideus (termasuk papiloma dan carsinoma). Tumor yang berada di bagian belakang otak sebagian besar akan menyumbat aliran CSS yang keluar dari ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati Hidrosefalus yang berhubungan dengan tumor adalah menghilangkan tumor penyebab sumbatan.
·         Abses/granuloma
·         Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika terdapat kista arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan pada membran arachnoid. Kista biasanya ditemukan pada anak-anak dan berada pada ventrikel otak atau pada ruang subarachnoid. Kista subarachnoid dapat menyebabkan Hidrosefalus non komunikans dengan cara menyumbat aliran CSS dalam ventrikel khususnya ventrikel III. Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah saraf dapat menghilangkan dinding kista dan mengeringkan cairan kista. Jika kista terdapat pada tempat yang tidak dapat dioperasi (dekat batang otak), dokter dapat memasang shunt untuk mengalirkan cairan agar bisa diserap. Hal ini akan menghentikan pertumbuhan kista dan melindungi batang otak.
3.      Berdasarkan Usia
A.    Hidrosefalus tipe kongenital / infantil ( bayi )
B.     Hidrosefalus tipe juvenile / adult ( anak-anak / dewasa )
Selain pembagian berdasarkan anatomi, etiologi, dan usia, terdapat juga jenis Hidrosefalus Tekanan Normal, sesuai konvensi, sindroma hidrosefalik termasuk tanda dan gejala peninggian TIK, seperti kepala yang besar dengan penonjolan fontanel. Akhir-akhir ini, dilaporkan temuan klinis Hidrosefalus yang tidak bersamaan dengan peninggian TIK.
seseorang bisa didiagnosa mengalami Hidrosefalus tekanan normal jika ventrikel otaknya mengalami pembesaran, tetapi hanya sedikit atau tidak ada peningkatan tekanan dalam ventrikel. Biasanya dialami oleh pasien usia lanjut, dan sebagian besar disebabkan aliran CSS yang terganggu dan compliance otak yang tidak normal.
Pada dewasa dapat timbul “Hidrosefalus tekanan normal” akibat dari :
                                                                                  a.            Perdarahan subarachnoid,
                                                                                 b.            meningitis,
                                                                                  c.            trauma kepala, dan
                                                                                 d.            idiopathic.
Dengan trias gejala :
                                                                                  a.            gangguan mental (dementia),
                                                                                 b.            gangguan koordinasi (ataksia),
                                                                                  c.            gangguan kencing (inkontinentia urin)
2.4.2   Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang disusul oleh gangguan neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi otak.
Hidrosefalus pada bayi (sutura masih terbuka pada umur kurang dari 1 tahun) didapatkan gambaran :
                                                      a.            Kepala membesar
                                                     b.            Sutura melebar
                                                      c.            Fontanella kepala prominen
                                                     d.            Mata kearah bawah (sunset phenomena)
                                                      e.            Nistagmus horizontal
                                                      f.            Perkusi kepala : “cracked pot sign” atau seperti semangka masak.
Ukuran rata-rata lingkar kepala bayi
Gejala pada anak-anak dan dewasa:
                                                      a.            Sakit kepala
                                                     b.            Kesadaran menurun
                                                      c.            Gelisah
                                                     d.            Mual, muntah
                                                      e.            Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
                                                      f.            Gangguan perkembangan fisik dan mental
                                                     g.            Papil edema, ketajaman penglihatan akan menurun danvlebih lanjut dapat mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah menutup, nyeri kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan mental secara bertahap akan menurun dengan gangguan mental yang sering dijumpai seperti : respon terhadap lingkungan lambat, kurang perhatian tidak mampu merencanakan aktivitasnya.







BAB III
PEMBAHASAN
3.1  Contoh Pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus
3.1.1   Paparan Kasus
1.      Identitas Pasien
Nama                    : By. J K
Umur                    : 3 Bulan
Bangsa                 : Indonesia
Suku                     : Dayak
Alamat                 : Jln. Belawang RT. 2 Kab. Barito Kuala
RMK                    : 94.19.06
MRS                     : 23 Juni 2011
2.      Anamnesis
                                        a.       Keluhan utama : Kejang
                                       b.       Riwayat Penyakit Sekarang :
Ibu pasien mengakui adanya kejang saat pasien berumur 1.5 bulan. Kurang lebih 1.5 bulan sebelum pasien masuk RS. Kejang berlangsung sangat singkat (kurang lebih 3 detik), berlangsung hanya satu kali, dan tampak badan pasien berubah menjadi kebiruaaan. Kejang tidak didahului oleh adanya demam. Selain itu kepala pasien juga dirasakan membesar dan menjadi lembek. Pasien lahir prematur saat umur kehamilan 32 minggu dan lahir normal dengan berat lahir 1900 Kg. Saat lahir pasien tidak langsung menangis dan berwarna kebiruan. Keluarga menyangkal adanya penyakit lain pada pasien, tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa, dan sanitasi lingkungan serta gizi pasien terpelihara dengan baik.
                                        c.       Riwayat Penyakit Dahulu :
Lahir prematur dengan berat lahir 1900 Kg disertai gejala asfiksia.

                                      d.        Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi (+)
3.      Pemeriksaan Fisik
                                       a.        Pemeriksaan umum
Keadaan umum         :           Tampak sakit ringan
GCS                          :     4-3-4
                                       b.       Tanda vital
Nadi                          :     130 x/menit
Suhu                          :     36.7 oC
Respirasi                    :     30 x/menit
                                        c.       Kepala dan leher
-       Inspeksi                 :
Bentuk kepala brakhisefalik
Lingkar kepala 41 cm
Kulit kepala tipis. Pelebaran vena subkutan    (+)
Konj.anemis (+/+) Ikterik (-/-)
Sunset sign bola mata (+)
PCH (-)
-      Palpasi                   : Pelebaran sutura (+ )
-       Perkusi                  : Cracked Pot tidak dievaluasi
                                       d.       Pemeriksaan thorax
-       Pemeriksaan paru
Inspeksi                :     Gerakan napas simetris, dada simetris.
Palpasi                  :     fremitus vokal sulit dievaluasi
Perkusi                  :     sonor
Auskultasi            :     Rhonki (-), Wheezing (-)
-       Pemeriksaan jantung
Inspeksi                :     iktus (+), pulsasi jantung (-),
Palpasi                  :     iktus (+) ICS V linea midclavicula, pulsasi jantung (+), suara yang teraba (-), getaran / thrill (-)
Perkusi                  :     batas kanan ICS IV linea parasternalis, batas kiri ICS IV – V linea midclavicula
Auskultasi            :     S1 dan S2 tunggal, reguler, tidak ada bising
                                        e.       Pemeriksaan abdomen
Inspeksi                     :     cembung
Palpasi                       :     hepar, lien dan massa tidak teraba,
Perkusi                      :     timpani
Auskultasi                 :     bising usus (+)
                                        f.       Pemeriksaan ekstremitas
Akral hangat, edema (+)
4.      Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM
HEMATOLOGI
Parameter
Hasil Pemeriksaan
Nilai Normal (Satuan)
14 Juli 2011
Hemoglobin
9.9
12,0-16,0 g/dl
Lekosit
9.9
4,0-10,5 ribu/ul
Eritrosit
3.32
3,9-5,50 juta/ul
Hematokrit
29
35-45 vol %
Trombosit
619
150-450 ribu/ul
MCV
85.8
80-97 fl
MCH
29.9
27-32 pg
MCHC
34.8
32-38 %
RDW-CV
18.0
11,5-14,7 %
HITUNG JENIS

%
#

Basofil
0.3
0.03

Eosinofil
1.1
0.10

Neutrofil
50.5
4.97

Limfosit
34.1
3.36

Monosit
11.7
1.16


5.      Diagnosis Sementara
Hidrosefalus akut e.c Hidrosefalus obstruktif intraventricular
6.      Paparan Kasus
Pasien By. JK adalah seorang bayi laki-laki berusia 3 bulan. Pada laporan kasus kali ini pasien didiagnosa menderita Hidrosefalus akut et causa Hidrosefalus obstruktif intraventricular. Diagnosa ini ditegakkan melalui data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien.
Dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa pasien menderita kejang saat berumur 1.5 bulan. Kejang berlangsung hanya sekali dan sangat singkat, namun sampai membuat badan pasien berubah menjadi kebiruan. Selain itu kepala pasien juga dirasakan membesar dan menjadi lembek. Pasien mempunyai riwayat lahir dengan umur kehamilan ± 32 minggu, lahir normal dengan berat lahir 1900, namun tidak langsung menangis dan berwarna kebiruan. Keluarga menyangkal adanya demam pada pasien, tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa, dan sanitasi lingkungan serta gizi pasien terpelihara dengan baik. Tidak terdapat perubahan kepribadian pasien setelah kejang.
            Pada pemeriksaan fisik pasien ini didapatkan tanda adanya Hidrosefalus yaitu kepala yang membesar (bentuk brakhisefalik) dengan lingkar kepala 41 cm disertai dilatasi vena subkutan. Sunset Sign positif yaitu mata pasien yang selalu mengarah kebawah.
            Pemeriksaan rangsang meningeal pada pasien ini negatif, yaitu tidak dijumpainya kaku kuduk.
Pada pemeriksaan thorax tidak didapatkan adanya kelainan. Suara nafas vesikular tanpa disertai adanya rhonki dan wheezing. Suara jantung tunggal dan tidak ditemukan adanya bising.
Pada pemeriksaan abdomen tidak ditemukan adanya kelainan. Abdomen tampak cembung dengan bising usus positif. Tidak ditemukan adanya defans musculair.
Pada pemeriksaan ekstremitas tidak didapatkan adanya kelainan. Tidak dijumpai edem dan akral hangat positif.
Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan kadar hemoglobin yang rendah yaitu 9.9 g/dl. Jumlah leukosit 9.9 ribu/ul. Jumlah eritrosit 3.32 juta/ul. Selain itu terjadi penurunan hematokrit pasien yaitu hanya 29 vol%.
Pada pemeriksaan penunjang CT-Scan kepala didapatkan keterangan sebagai berikut :
1.         Tanggal 22 Juni 2011
Hasil bacaan adalah Meningitis dengan abses intraventrikel
2.         Tanggal 9 Juli 2011
Hasil bacaan adalah Hidrosefalus obstruktif, susp et causa obstruksi aquaductus Sylvii
3.         Tanggal 25 Juli 2011
Hasil bacaan adalah Mulitiple cerebral abscess + periventricullitis + subdural hygroma (left fronto-parietal) + obstructive Hidrosefalus dengan peningkatan ICP.
3.1.2   Teknik Pemeriksaan
Pada Kasus diatas serta membaca beberapa literatur penulis menemukan bahwa Teknik Pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus adalah sebagai berikut:
Teknik pemeriksaan
a.       Posisi pasien      : supine diatas meja pemerikasaan dengan posisi kepala dekat denagan gentry.
b.      Posisi objek       : kepala hiper fleksi dan diletakkan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indicator longitudinal dan interpapillary line sejajar dengan lampu indicator horisontal. Lengan pasien diletakan diatas perut atau di samping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difiksasi bengan sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan.
c.       Scan parameter
Scanogram        : kepala lateral
Range                : range I dari basisi cranii sampai pars petrosus dan range II darei pars petrosus sampai vertek.
Slice thickness   : 2-5 mm (range I) dan 5-10 mm (range II).
FOV                  : 24 cm
Gentry tilt         : sudut gentre tergantug pada besar kecilnya sudut yang terbentuk oleh orbito meata line (OML) dengan garis vertical.
Kv                     : 120
mA                    : 130
Reconstruction algorithm : soft tissue.
Window Width   : 0 – 90 HU ((otak supratentorial)
: 110 – 160 HU (otak pada fossa posterior)
: 2000-3000 HV (tulang)
Window Level    : 40- 45 HU (otak supratentorial)
: 30-40 HU otak pada fossa posterior
: 200-400 HU (tulang)
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pemeeriksaan CT-Scan kepala pada bayi mengguankan slice thickness 10 mm. Bahwa penggunaan foto CT-Scan pada bayi menggunakan slice thickness 10 mm sudah bisa mendapatkan gambaran yang baik, karena sudah menentukan diagnosa dokter.

Description: D:\doc didit\New folder (3)\New Picture (10).png
Gambar 3.1 Hasil CT-Scan potongan Axial pada kasus Hidorsefalus
Description: D:\doc didit\New folder (3)\download.jpg
Gambar 3.2 Hasil CT-Scan potonganSagital pada kasus Hidrosefalus
Pada kedua gambar diatas terlihat sangat jelas terjadi pembesaran ventrikel akibat dari proses sirkulasi Serebro Spinal Fluid yang mengalami masalah yang mengakibatkan terjadinya Hidrosefalus, pada gambaran CT-Scan Kasus Hidrosefalus sangat terlihat jelas ketika terjadi pembesaran Ventrikel yang signifikan jika kita lihat secara subjektif.
3.2  Parameter Pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus
Pada kasus diatas digunakan parameter pemeriksaan sebagai berikut:
Scanogram        : kepala lateral
Range                : range I dari basisi cranii sampai pars petrosus dan range II darei pars petrosus sampai vertek.
Slice thickness   : 2-5 mm (range I) dan 5-10 mm (range II).
FOV                  : 24 cm
Gentry tilt         : sudut gentre tergantug pada besar kecilnya sudut yang terbentuk oleh orbito meata line (OML) dengan garis vertical.
Kv                     : 120
mA                    : 130
Reconstruction algorithm : soft tissue.
Window Width   : 0 – 90 HU ((otak supratentorial)
: 110 – 160 HU (otak pada fossa posterior)
: 2000-3000 HV (tulang)
Window Level      : 40- 45 HU (otak supratentorial)
: 30-40 HU otak pada fossa posterior
: 200-400 HU (tulang)
Dalam Kasus Hidrosefalus digunakan Slice Thicness 10mm karena dianggap telah bisa menampakan kelainan Patologi Hidrosefalus.



BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
 Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (SSF) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi SSF yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari SSF. Bila akumulasi SSF yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada sistem ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai Hidrosefalus internal.
Hidrosefalus dapat diklasifikasikan atas beberapa hal yaitu berdasarkan Anatominya, beradasrkan Etiologinya, dan berdasarkan Usia penderita.
Pada Hasil gambar CT-Scan pada kasus Hidrosefalus akan terjadi pembesaran ventrikel akibat dari proses sirkulasi Serebro Spinal Fluid yang mengalami masalah yang mengakibatkan terjadinya Hidrosefalus, pada gambaran CT-Scan Kasus Hidrosefalus sangat terlihat jelas ketika terjadi pembesaran Ventrikel yang signifikan jika dilihat secara subjektif.

4.2  Saran
Penulis Menyarankan kepada pemabaca sebelum melakukan Teknik pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus agar memahami dengan baik Teknik ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena mengingat resiko pemeriksaan terutama dosis yang diterima pasien, jadi diusahakan agar tidak ada pengulangan dalam pemeriksaan.


DAFTAR PUSTAKA

Sudibjo,  dr. Prijo M.Kes., Sp.S. 2009 Bahan ajar Anatomi Otak dan Vertebra.
Wijaya, Yoppy S.Ked. 2006 Refrat Hidrosefalus
2006 Hidrosefalus Chapter II
Dimas. 2015 Penanganan Hidrosefalus

 

No comments:

Post a Comment