BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Computer
Assisted Tomografi (CAT) atau Computed Tomografi (CT) diperkenalkan
sejak tahun 1970 oleh Goldfrey Housfield seorang insinyur dai EMI Limited
London dengan James Ambrosse seorang teknisi dari Atkinson Morley’s Hospital di
London Inggris Pada tahun 1970. (Balinger, 1995)
CT-Scan merupakan
perpaduan antara teknologi sinar-x, computer dan televisi. pada CT-Scan komputer
menggantikan perananan film dan kaset. Prinsip dasarnya yaitu tabung sinar-x
memutari pasien dan menyinari kemudian masing-masing detektor yang berhadapan
dengan tabung.sinar x menangkap sisa-sisa sinar x yang telah menembus pasien.
Semua data dikirimkan kekomputer untuk selanjutnya dilanjutkan pengolahan.
Hasil pengolahan ditampilkan dilayar monitor dalam bentuk penampang bagian
tubuh. ( Rasad, 1992). Keunggulan dari teknologi inilah yang dimanfaatkan untuk
dapat memberikan diagnosa yang lebih tepat terutama kelainan-kelainan didalam
otak seperti adanya tumor (Graber, 2002). Kelebihan dari CT-Scan dibandingkan
dengan radiografi konvensional adalah dapat membedakan soft tissue, lemak,
udara, dan tulang pada irisan crossectional dan dapat direformat menjadi 3
dimensi sehingga terlihat jelas tanpa terhalang oleh jaringan (Grainger, 1992).
Hidrosefalus
merupakan penumpukan cairan serebrospinal (SSF) secara aktif yang menyebabkan
dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi SSF yang berlebihan
pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan
oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari SSF. Bila
akumulasi SSF yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini
disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada kasus akumulasi cairan
yang berlebihan terjadi pada sistem ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai Hidrosefalus internal.
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka penulis ingin mengkaji lebih
lanjut masalah diatas, serta ingin
mengangkatnya dalam sebuah karya tulis dengan judul : “TEKNIK PEMERIKSAAN
CT-SCAN PADA KASUS HIDROSEFALUS”
1.2 Rumusan Masalah
Penulis membatasi masalah pada karya
tulis ini yaitu:
1. Bagaimana
contoh Pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus?
2. Apa
saja Parameter pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan ditulisnya karya tulis ini yaitu:
1. Untuk
Mengetahui Contoh Kasus Pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus
2. Untuk
Mengetahui Parameter Pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun Manfaat ditulisnya karya tulis
ini yaitu:
1. Sebagai
sarana untuk menambah dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di kampus
Atro Bali khusunya mengenai tekhnik pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus.
2. Sebagai
bahan masukan dan refrensi bagi mahasiswa Atro Bali yang tertarik pada topik
mengenai Tekhnik Pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1 Anatomi Kepala
2.1.1
Kulit
Kepala
Terdapat
tiga lapisan kulit kepala yaitu:
a. Kulit
yang ditumbuhi oleh rambut
b. Jaringan
subkutaneus
c. Aponeuritik
dan otor-ototnya
Kulit kepala walupun lunak tapi
mempunyai daya lindung yang besar. Dikatakan bila tengkorak tidak terlindung
oleh kulit ia hanya mampu menahan pukulan sampai 40 pond/inch2 tapi
bila dilindungi kulit ia dapat menahan pukulan sampai 425-900 pound/inch2.
Ketiga lapisan kulit kepala ini merupakan suatu
kesatuan yang dapat tergerak dan terpisah yang nyata dari periost luar tulang
tengkorak, sebagai konsekuensinya terdapat suatu daerah yang rawan(locus
minoris resistensi) diantara kulit dan tengkorak yang merupakan tempat
berkumpulnya darah atau cairan bila kepala mengalami kekerasan dan memudahkan
terjadinya infeksi.
2.1.2
Tulang-Tulang
Kepala (Cranial Bone)
Tulang-tulang
pada kepala dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu :
a. Tulang-Tulang
Tengkorak(Cranium Bone)
b. Tulang-Tulang
Wajah(Facial Bone)
Tulang-Tulang
satu sama lain bergabung melalui sutura-sutura yang kuat dan tidak dapat
bergerak. Tulang-Tulang pada kepala ini relatif tipis berkisar 5 mm dan terdiri
dari tiga lapis yaitu:
a. Lapisan
luar(Tabula Externa)
b. Lapisan
dalam(Tabula Interna)
c. Lapisan
diantaranya(Diploe/spongi)
Lapisan
dalam lebih tipis dari lapisan luar sehingga dapat ditemukan patahan pada
lapisan dalam tanpa terlihat patahan pada lapisan luar. Pada lapisan dalam
terdapat alur-alur tempat pembuluh darah berjalan sehingga bila lapisan ini
patah pembuluh darah dapat robek.
Ketebalan
dari masing-masing tulang berbeda-beda dan ini memberikan konsekuensi yang
berbeda-beda bila tulang mengalami kekerasan. Tulang yang relatif tipis adalah
tulang daerah mata dan pelipis sedangkan yang relatif tebal adalah tulang-tulang
dahi dan daerah pelipis.
2.1.3
Meningen
Selaput
Otak terdiri dari tiga lapisan yaitu:
a. Lapisan
Durameter. Disebut juga selaput otak keras, terdiri dari dua lapisan dan
diantarnya terdapat rongga yang berisi sistem vena, disebut dural sinuses dan
mempunyai hubungan dengan sestem vena-vena diotak dan kulit kepala. Durameter
terdapat dibawah tulang tengkorak dan diantaranya terdapat ruangan yang disebut
Epidural. Pada ruangan ini berjalan pembuluh darah arteri Meningea Media yang
mempunyai peran penting untuk terjadinya Epidural Haemorrhagi.
b. Lapisan
Arachnoid. Disebut juga selaput otak lunak, lapisan ini terdapat dibawah
durameter dan mengelilingi oak serta melanjutkan diri sampai ke sumsum tulang
belakang. Ruangan diantara durameter dan arachnoid disebut Subdural space. Pada
ruangan ini berjalan pembuluh-pembuluh Bridging Vein yang menghubungkan sistem
vena orak dan meningen. Vena-vena ini sangat halus dan mudah trauma bila ada
gerakan kepala mendadak(sliding) dan menimbulkan subdural haemorrhagi.
c. Piameter.
Lapisan ini merekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti Gyrus dari otak.
Ruangan diantara arachnoid dan piameter disebut subarachnoid. Disini berjalan
cerebro spinalis fluid(CSF) dari otak menuju sumsum tulang belakang.
2.2 Anatomi dan Fisiologi Otak
Otak
merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat kendali semua
bagian tubuh, yang dimana otak merupakan bagian dari semua saraf sentral yang
terletak didalam rongga tengkorak(cranium) yang dibungkus oleh selaput otak
yang kuat.
Otak
terletak didalam rongga cranium yang berkembang dari sebuah tabung yang mulanya
memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal.
a.
Otak depan menjadi hemisfer serebri,
korpus strianum, talamus serta hipotalamus.
b.
Otak tengah menjadi tegmentum, krus
serebri, korpus kuadrigeminus.
c.
Otak belakang menjadi pons varoli,
medulla oblongata dan serebellum.
Otak
mendapat suplai makanan yang terkandung dalam darah dari empat arteri besar
yaitu dua arteri karotis interna kiri dan kanan, dan dua arteri vertebralis
kiri dan kanan.
Penggunaan
darah oleh otak sangat besar jika dibandingkan organ lain didalam tubuh
manusia. 15-20% darah dari jantung akan menuju ke otak. Konsumsi oksigen untuk
otak ialah antara 20-25%. Dengan ini dapat dibayangkan bagaimana bila otak
kekurangan oksigen. Bagian otak yang paling banyak mendapatkan darah adalah
Korteks Serebri, sehingga paling cepat mengalami atrofi(penyempitan) bila ada
gangguang aliran darah.
Menurut
lokasinya otak dibagi atas empat bagian yaitu:
a.
Lobus Frontal : Mengatur emosional
b.
Lobus Temporal : Mengatur Pendengaran
c.
Lobus Parietal : Mengatur saraf motorik dan sensorik
d.
Lobus Occipital : Mengatur Pengelihatan
Otak
terdiri dari:
A. Serebrum(Otak
Besar)
Merupakan bagian yang
terluas dan terbesar dari otak, berbentuk seperti telur, dan mengisi penuh
bagian depan serta atas rongga tengkorak. Fungsi serebrum yaitu:
a. Sebagai
memori atau penyimpanan ingatan
b. Pusat
persarafan yang menangani aktifitas mental, akal, intelegensia, keinginan dan
memori.
c. Pusat
menangis, buang air besar dan buang air kecil.
B. Trunkus
Serebri(Batang otak)
Fungsi dari batang otak
yang paling utama adalah sebagai pengatur pusat pernafasan dan pengaturan
gerakan refleks dari tubuh, yang terdiri dari:
a. Diensepalon : bagian otak yang paling atas yang
terdapat diantara serebellum dengan mesensepalon
b. Mesensepalon : Atap dari mesensepalon terdiri dari
empat bagian yang menonjol keatas, dua disebelah atas disebut korpus
kuadrigeminus superior dan dua disebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus
inferior
c. Pons
Varoli : Terletak di depan
serebellu diantara otak tengah dan medula oblongata
d. Medula
Oblongata : Bagian otak yang paling bwah yang menghubungakan pons Varoli dengan
medula spinalis(sum-sum tulang belakang).
C. Serebellum(Otak
Kecil)
Otak kecil terletak pda
bagian depan dan belakang tengkorak, bentuknya oval, bagian yang mengecil pada
bagian sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut
hemisfer. Kekerasan yang mengalami serebellum akan mampu menggerakan otot dan
tulang, kesukaran untuk menelan dikarenakan tidak dapat mengontrol otot yang
menggerakan lidah dan rahang. Fungsi serebellum yaitu:
a. Mengatur
keseimbangan dan rangsangan pendengaran ke otak
b. Penerima
impuls dari reseptor sensasi umum medula spinalis, nervus vagus, kelopak mata,
rahang atas dan bawah, serta otot pengunyah
c. Menerima
informasi tentang gerakan yang sedang dan akan dikerjakan serta mengantur
gerakan sisi badan.
Gambar. 2.1 Anatomi otak beserta
lobus-lobusnya
2.3 Sistem Ventrikel otak dan kanalis
spinalis
Sistem Ventrikel merupakan serangkaian rongga-rongga
dalam otak(ventrikel) yang permukaannya dilapisi ependima(sel penyokong saraf)
dan berisi cairan otak. Sistem ini terdiri dari:
1.
Ventrikel
lateralis
Ada
dua, terletak didalam hemispherii telencephalon. Kedua
ventrikel
lateralis berhubungan denga ventrikel III (ventrikel tertius)
melalui
foramen interventrikularis (Monro).
2. Ventrikel III (Ventrikel Tertius)
Terletak
pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh
thalamus
dengan adhesio interthalamica dan hypothalamus.
Recessus
opticus dan infundibularis menonjol ke anterior, dan
recessus
suprapinealis dan recessus pinealis ke arah kaudal.
Ventrikel
III berhubungan dengan ventrikel IV melalui suatu lubang
kecil,
yaitu aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri).
3.
Ventrikel IV
(Ventrikel Quartus)
Membentuk
ruang berbentuk kubah diatas fossa rhomboidea
antara
cerebellum dan medulla serta membentang sepanjang
recessus
lateralis pada kedua sisi. Masing-masing recessus
berakhir
pada foramen Luschka, muara lateral ventrikel IV. Pada
perlekatan
vellum medullare anterior terdapat apertura mediana
Magendie.
4.
Kanalis
sentralis medula oblongata dan medula spinalis
Saluran
sentral korda spinalis: saluran kecil yang memanjang
sepanjang
korda spinalis, dilapisi sel-sel ependimal. Diatas,
melanjut
ke dalam medula oblongata, dimana ia membuka ke
dalam
ventrikel IV.
5.
Ruang
subarakhnoidal
Merupakan
ruang yang terletak diantara lapisan arakhnoid dan
piamater.
Gambar
2.2 Sistem Ventrikel di dalam otak
2.3.1
Serebro
Spinalis Fluid
Merupakan
cairan yang mengalir melalui sistem ventrikel didalam otak, Cairan otak
terletak di dalam raung khusus yang disebut ventrikel dan diproduksi oleh
pleksus khoroideus yang ada didalam ventrikel, Cairan tersebut secara terautr
diproduksi dan mengalir dari ventrikel satu ke ventrikel lain, keluar di
sekitar otak, rongga sum-sum tulang belakang, kemudian diserap ke pembuluh
darah vena, yang dimana Volume cairan otak pada orang dewasa berkisar antara 125
-150ml (setiap hari diproduksi sebanyak 400-500m atau 0.36 ml/menitl).
Fungsi dari cairan ini
adalah sebagai shock absorber atau mengurangi efek truma dari luar, mengapungkan
otakdari 1.400gr menjadi 50 gr, transport nutrisi dan hormon, serta membuang limbah
metabolit.
Yang dimana Arah
alirannya sebagai berkut:
Produksi di pleksus choroideus - ventriculus
lateralis - foramen interventriculare - ventriculus tertius - aquaductus cerebri
- ventriculus quartus - apertura lateralis dan mediana - cisterna magna -
septum subarachnoidale - sinus sagitalis superior - villi granulatio
arachnoidales - masuk vena
Gambar
2.3 Arah aliran Serebro Spinalis Fluid
2.4 Patofisiologi Hidrosefalus
Hidrosefalus
merupakan penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan dalam
otak(serebro spinalis fluid), yang mengakibatkan cairan otak bertambah banyak
shingga menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang
penting.
Hidrosefalus adalah
suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intracranial yang meninggi
sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan
serebrospinal. Hidrosefalus bukan suatu penyakit yang
berdiri sendiri. Sebenarnya, Hidrosefalus selalu bersifat
sekunder, sebagai akibat suatu penyakit atau kerusakan otak.
SSF dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir
dari ventrikel lateral ke dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus
masuk ke ventrikel IV. Di sana cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis
externum melalui foramen lateralis dan medialis dari ventrikel IV. Pengaliran SSF
ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi arachnoidea, yang
menonjol ke dalam sinus venosus atau ke dalam lacuna laterales; dan sebagian
lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis, tempat terjadinya peralihan ke dalam
plexus venosus yang padat dan ke dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus
lymphaticus).
Kecepatan pembentukan SSF 0,3-0,4 cc/menit atau
antara 0,2-0,5% volume total per menit dan ada yang menyebut antara
14-38cc/jam. Sekresi total SSF dalam 24 jam adalah sekitar 500-600cc, sedangkan
jumblah total SSF adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi pertukaran atau
pembaharuan dari SSF sebanyak 4-5 kali/hari. Pada neonatus jumblah total SSF
berkisar 20-50 cc dan akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada
orang dewasa. Hidrosefalus timbul
akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi dengan absorpsi dan gangguan
sirkulasi SSF, Selain akibat gangguan pada produksi,
absorpsi, dan sirkulasi, Hidrosefalus
juga dapat timbul akibat Disgenesis
serebri dan atrofi serebri,
serta tlang tengkorak bayi dibawah usia 2 tahun masih belum menutup sempurna
sehingga memungkinkan terjadinya Hidrosefalus..
Gambar 2.4 Hubungan antara gangguan produksi, sirkulasi dan absorbsi SSF
2.4.1
Klasifikasi
Hidrosefalus
Hidrosefalus
dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, antara lain :
1. Berdasarkan
Anatomi / tempat obstruksi CSS
A. Hidrosefalus
tipe obstruksi / non komunikans
Terjadi bila CSS otak
terganggu (Gangguan di dalam atau pada sistem ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan
aliran CSS dalam sistem ventrikel otak), yang kebanyakan disebabkan oleh
kongenital : stenosis akuaduktus Sylvius (menyebabkan dilatasi ventrikel
lateralis dan ventrikel III. Ventrikel IV biasanya normal dalam ukuran dan
lokasinya). Yang agak jarang ditemukan sebagai penyebab Hidrosefalus adalah sindrom Dandy-Walker, Atresia foramen Monro,
malformasi vaskuler atau tumor bawaan. Radang (Eksudat, infeksi meningeal).
Perdarahan/trauma (hematoma subdural). Tumor dalam sistem ventrikel (tumor
intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa posterior).
B. Hidrosefalus
tipe komunikans
Jarang ditemukan.
Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan penyerapan (Gangguan di luar
sistem ventrikel).
·
perdarahan akibat trauma kelahiran
menyebabkan perlekatan lalu menimbulkan blokade villi arachnoid.
·
Radang meningeal
·
Kongenital :
-
Perlekatan arachnoid/sisterna karena
gangguan pembentukan.
-
Gangguan pembentukan villi arachnoid
-
Papilloma plexus choroideus
2. Berdasarkan
Etiologinya :
A. Tipe
obstruksi
a. Kongenital
·
Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai
penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau perdarahan selama kehidupan
fetal; stenosis kongenital sejati adalah sangat jarang. (Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German
measles, X-linked Hidrosefalus).
·
Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan
2-4% bayi baru lahir dengan Hidrosefalus.
Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV
dan hipoplasia vermis serebelum. Hidrosefalus
yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga
subarachnoid yang tidak adekuat, dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun
80% kasusnya biasanya tampak dalam 3 bulan pertama. Kasus semacam ini sering
terjadi bersamaan dengan anomali lainnya seperti agenesis korpus kalosum,
labiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
·
Malformasi Arnold-Chiari
Anomali kongenital yang
jarang dimana 2 bagian otak yaitu batang otak dan cerebelum mengalami perpanjangan
dari ukuran normal dan menonjol keluar menuju canalis spinalis
·
Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang
terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal tidak dapat dideteksi sampai anak
berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena vena Galen mengalir di atas akuaduktus
Sylvii, menggembung dan membentuk kantong aneurisma. Seringkali menyebabkan Hidrosefalus.
·
Hidrancephaly
Suatu kondisi dimana
hemisfer otak tidak ada dan diganti dengan kantong CSS.
b. Didapat
(Acquired)
·
Stenosis akuaduktus serebri (setelah
infeksi atau perdarahan)
infeksi
oleh bakteri Meningitis , menyebabkan radang pada selaput (meningen) di sekitar
otak dan spinal cord. Hidrosefalus
berkembang ketika jaringan parut dari infeksi meningen menghambat aliran CSS
dalam ruang subarachnoid, yang melalui akuaduktus pada sistem ventrikel atau
mempengaruhi penyerapan CSS dalam villi arachnoid. Jika saat itu tidak mendapat
pengobatan, bakteri meningitis dapat menyebabkan kematian dalam beberapa hari.
Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi demam, sakit kepala, panas tinggi,
kehilangan nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus yang ekstrim, gejala meningitis
ditunjukkan dengan muntah dan kejang. Dapat diobati dengan antibiotik dosis
tinggi.
·
Herniasi tentorial akibat tumor
supratentorial
·
Hematoma intraventrikuler
Jika cukup berat dapat
mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah mengalir dalam jaringan otak sekitar
dan mengakibatkan perubahan neurologis. Kemungkinan Hidrosefalus berkembang sisebabkan oleh penyumbatan atau penurunan
kemampuan otak untuk menyerap CSS.
·
Tumor (ventrikel, regio vinialis, fosa
posterior)
Sebagian besar tumor
otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun. 70% tumor ini terjadi
dibagian belakang otak yang disebut fosa posterior. Jenis lain dari tumor
otakyang dapat menyebabkan Hidrosefalus
adalah tumor intraventrikuler dan kasus yang sering terjadi adalah tumor plexus
choroideus (termasuk papiloma dan carsinoma). Tumor yang berada di bagian
belakang otak sebagian besar akan menyumbat aliran CSS yang keluar dari
ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati Hidrosefalus yang berhubungan dengan
tumor adalah menghilangkan tumor penyebab sumbatan.
·
Abses/granuloma
·
Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak
atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika terdapat kista arachnoid maka kantung
berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan pada membran arachnoid. Kista biasanya
ditemukan pada anak-anak dan berada pada ventrikel otak atau pada ruang
subarachnoid. Kista subarachnoid dapat menyebabkan Hidrosefalus non komunikans dengan cara menyumbat aliran CSS dalam
ventrikel khususnya ventrikel III. Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah saraf
dapat menghilangkan dinding kista dan mengeringkan cairan kista. Jika kista terdapat
pada tempat yang tidak dapat dioperasi (dekat batang otak), dokter dapat
memasang shunt untuk mengalirkan cairan agar bisa diserap. Hal ini akan
menghentikan pertumbuhan kista dan melindungi batang otak.
3. Berdasarkan
Usia
A. Hidrosefalus
tipe kongenital / infantil ( bayi )
B. Hidrosefalus
tipe juvenile / adult ( anak-anak / dewasa )
Selain
pembagian berdasarkan anatomi, etiologi, dan usia, terdapat juga jenis Hidrosefalus Tekanan Normal, sesuai
konvensi, sindroma hidrosefalik termasuk tanda dan gejala peninggian TIK, seperti
kepala yang besar dengan penonjolan fontanel. Akhir-akhir ini, dilaporkan
temuan klinis Hidrosefalus yang tidak
bersamaan dengan peninggian TIK.
seseorang
bisa didiagnosa mengalami Hidrosefalus
tekanan normal jika ventrikel otaknya mengalami pembesaran, tetapi hanya
sedikit atau tidak ada peningkatan tekanan dalam ventrikel. Biasanya dialami
oleh pasien usia lanjut, dan sebagian besar disebabkan aliran CSS yang
terganggu dan compliance otak yang tidak normal.
Pada
dewasa dapat timbul “Hidrosefalus
tekanan normal” akibat dari :
a.
Perdarahan subarachnoid,
b.
meningitis,
c.
trauma kepala, dan
d.
idiopathic.
Dengan trias gejala :
a.
gangguan mental (dementia),
b.
gangguan koordinasi (ataksia),
c.
gangguan kencing (inkontinentia urin)
2.4.2
Gambaran
Klinis
Gambaran
klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang disusul oleh gangguan
neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi
otak.
Hidrosefalus
pada bayi (sutura masih terbuka pada umur kurang dari 1 tahun) didapatkan
gambaran :
a.
Kepala membesar
b.
Sutura melebar
c.
Fontanella kepala prominen
d.
Mata kearah bawah (sunset phenomena)
e.
Nistagmus horizontal
f.
Perkusi kepala : “cracked pot sign” atau
seperti semangka masak.
Ukuran rata-rata
lingkar kepala bayi
Gejala pada anak-anak
dan dewasa:
a.
Sakit kepala
b.
Kesadaran menurun
c.
Gelisah
d.
Mual, muntah
e.
Hiperfleksi seperti kenaikan tonus
anggota gerak
f.
Gangguan perkembangan fisik dan mental
g.
Papil edema, ketajaman penglihatan akan
menurun danvlebih lanjut dapat mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi
papila N.II.
Tekanan
intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah menutup, nyeri
kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan mental
secara bertahap akan menurun dengan gangguan mental yang sering dijumpai
seperti : respon terhadap lingkungan lambat, kurang perhatian tidak mampu
merencanakan aktivitasnya.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Contoh Pemeriksaan CT-Scan pada
kasus Hidrosefalus
3.1.1
Paparan
Kasus
1. Identitas
Pasien
Nama :
By. J K
Umur :
3 Bulan
Bangsa :
Indonesia
Suku :
Dayak
Alamat :
Jln. Belawang RT. 2 Kab. Barito Kuala
RMK :
94.19.06
MRS :
23 Juni 2011
2. Anamnesis
a.
Keluhan utama : Kejang
b.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Ibu
pasien mengakui adanya kejang saat pasien berumur 1.5 bulan. Kurang lebih 1.5
bulan sebelum pasien masuk RS. Kejang berlangsung sangat singkat (kurang lebih
3 detik), berlangsung hanya satu kali, dan tampak badan pasien berubah menjadi
kebiruaaan. Kejang tidak didahului oleh adanya demam. Selain itu kepala pasien
juga dirasakan membesar dan menjadi lembek. Pasien lahir prematur saat umur
kehamilan 32 minggu dan lahir normal dengan berat lahir 1900 Kg. Saat lahir
pasien tidak langsung menangis dan berwarna kebiruan. Keluarga menyangkal
adanya penyakit lain pada pasien, tidak ada keluarga yang menderita penyakit
serupa, dan sanitasi lingkungan serta gizi pasien terpelihara dengan baik.
c.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Lahir prematur dengan
berat lahir 1900 Kg disertai gejala asfiksia.
d.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi (+)
3. Pemeriksaan
Fisik
a.
Pemeriksaan umum
Keadaan
umum : Tampak sakit ringan
GCS : 4-3-4
b.
Tanda vital
Nadi : 130 x/menit
Suhu : 36.7 oC
Respirasi : 30
x/menit
c.
Kepala dan leher
- Inspeksi :
Bentuk kepala brakhisefalik
Lingkar kepala 41 cm
Kulit kepala tipis. Pelebaran vena
subkutan (+)
Konj.anemis (+/+) Ikterik (-/-)
Sunset sign bola mata (+)
PCH (-)
- Palpasi : Pelebaran sutura (+ )
- Perkusi : Cracked Pot tidak dievaluasi
d.
Pemeriksaan thorax
- Pemeriksaan
paru
Inspeksi : Gerakan napas simetris, dada simetris.
Palpasi : fremitus vokal sulit dievaluasi
Perkusi : sonor
Auskultasi : Rhonki (-), Wheezing (-)
- Pemeriksaan
jantung
Inspeksi : iktus (+), pulsasi jantung (-),
Palpasi : iktus (+) ICS V linea midclavicula, pulsasi jantung (+), suara
yang teraba (-), getaran / thrill (-)
Perkusi : batas kanan ICS IV linea parasternalis,
batas kiri ICS IV – V linea midclavicula
Auskultasi : S1
dan S2 tunggal, reguler, tidak ada bising
e.
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : cembung
Palpasi : hepar, lien dan massa tidak teraba,
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
f.
Pemeriksaan ekstremitas
Akral
hangat, edema (+)
4. Pemeriksaan
Penunjang
LABORATORIUM
|
|||
HEMATOLOGI
|
|||
Parameter
|
Hasil Pemeriksaan
|
Nilai Normal (Satuan)
|
|
14 Juli 2011
|
|||
Hemoglobin
|
9.9
|
12,0-16,0 g/dl
|
|
Lekosit
|
9.9
|
4,0-10,5 ribu/ul
|
|
Eritrosit
|
3.32
|
3,9-5,50 juta/ul
|
|
Hematokrit
|
29
|
35-45 vol %
|
|
Trombosit
|
619
|
150-450 ribu/ul
|
|
MCV
|
85.8
|
80-97 fl
|
|
MCH
|
29.9
|
27-32 pg
|
|
MCHC
|
34.8
|
32-38 %
|
|
RDW-CV
|
18.0
|
11,5-14,7 %
|
|
HITUNG JENIS
|
|||
|
%
|
#
|
|
Basofil
|
0.3
|
0.03
|
|
Eosinofil
|
1.1
|
0.10
|
|
Neutrofil
|
50.5
|
4.97
|
|
Limfosit
|
34.1
|
3.36
|
|
Monosit
|
11.7
|
1.16
|
|
5. Diagnosis
Sementara
Hidrosefalus
akut e.c Hidrosefalus obstruktif intraventricular
6. Paparan
Kasus
Pasien
By.
JK
adalah seorang bayi
laki-laki berusia 3 bulan. Pada laporan kasus kali ini pasien didiagnosa menderita Hidrosefalus akut et causa Hidrosefalus
obstruktif intraventricular. Diagnosa ini ditegakkan melalui
data yang didapatkan dari anamnesis,
pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan
penunjang pada pasien.
Dari anamnesis
didapatkan keterangan bahwa pasien menderita kejang saat berumur 1.5 bulan.
Kejang berlangsung hanya sekali dan sangat singkat, namun sampai membuat badan pasien
berubah menjadi kebiruan. Selain itu kepala pasien juga dirasakan membesar dan
menjadi lembek. Pasien mempunyai riwayat lahir dengan umur kehamilan ± 32
minggu, lahir normal dengan berat lahir 1900, namun tidak langsung menangis dan
berwarna kebiruan. Keluarga menyangkal adanya demam pada
pasien, tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa, dan sanitasi
lingkungan serta gizi pasien terpelihara dengan baik. Tidak terdapat perubahan kepribadian pasien setelah
kejang.
Pada pemeriksaan fisik pasien ini
didapatkan tanda adanya Hidrosefalus
yaitu kepala yang membesar (bentuk brakhisefalik) dengan lingkar kepala 41 cm
disertai dilatasi vena subkutan. Sunset Sign positif yaitu mata pasien yang
selalu mengarah kebawah.
Pemeriksaan rangsang meningeal pada
pasien ini negatif, yaitu tidak dijumpainya kaku kuduk.
Pada pemeriksaan thorax tidak
didapatkan adanya kelainan. Suara nafas vesikular tanpa disertai adanya rhonki
dan wheezing. Suara jantung tunggal dan tidak ditemukan adanya bising.
Pada pemeriksaan abdomen tidak
ditemukan adanya kelainan. Abdomen tampak cembung dengan bising usus positif.
Tidak ditemukan adanya defans musculair.
Pada pemeriksaan ekstremitas
tidak didapatkan adanya kelainan. Tidak dijumpai edem dan akral hangat positif.
Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan kadar hemoglobin yang rendah yaitu 9.9 g/dl.
Jumlah leukosit 9.9 ribu/ul.
Jumlah eritrosit 3.32 juta/ul. Selain itu terjadi penurunan hematokrit pasien
yaitu hanya 29 vol%.
Pada pemeriksaan
penunjang CT-Scan kepala didapatkan keterangan sebagai berikut :
1.
Tanggal
22 Juni 2011
Hasil bacaan adalah Meningitis dengan abses
intraventrikel
2.
Tanggal
9 Juli 2011
Hasil bacaan adalah Hidrosefalus obstruktif, susp et causa obstruksi aquaductus Sylvii
3.
Tanggal
25 Juli 2011
Hasil bacaan adalah Mulitiple cerebral abscess +
periventricullitis + subdural hygroma (left fronto-parietal) + obstructive Hidrosefalus dengan peningkatan ICP.
3.1.2
Teknik
Pemeriksaan
Pada
Kasus diatas serta membaca beberapa literatur penulis menemukan bahwa Teknik
Pemeriksaan CT-Scan pada kasus Hidrosefalus
adalah sebagai berikut:
Teknik pemeriksaan
a. Posisi
pasien : supine diatas meja
pemerikasaan dengan posisi kepala dekat denagan gentry.
b. Posisi
objek : kepala hiper fleksi dan
diletakkan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane
tubuh sejajar dengan lampu indicator longitudinal dan interpapillary line
sejajar dengan lampu indicator horisontal. Lengan pasien diletakan diatas perut
atau di samping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien
sebaiknya difiksasi bengan sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan.
c. Scan
parameter
Scanogram :
kepala lateral
Range : range
I dari basisi cranii sampai pars petrosus dan range II darei pars petrosus
sampai vertek.
Slice thickness :
2-5 mm (range I) dan 5-10 mm (range II).
FOV :
24 cm
Gentry
tilt : sudut gentre
tergantug pada besar kecilnya sudut yang terbentuk oleh orbito meata line (OML)
dengan garis vertical.
Kv :
120
mA :
130
Reconstruction algorithm : soft
tissue.
Window Width : 0 – 90
HU ((otak supratentorial)
: 110 – 160 HU (otak
pada fossa posterior)
: 2000-3000 HV (tulang)
Window Level : 40- 45 HU (otak supratentorial)
: 30-40 HU otak pada
fossa posterior
: 200-400 HU (tulang)
Berdasarkan
hasil pengamatan penulis, pemeeriksaan CT-Scan kepala pada
bayi mengguankan slice thickness 10 mm. Bahwa penggunaan
foto CT-Scan pada bayi menggunakan slice thickness 10 mm sudah
bisa mendapatkan gambaran yang baik, karena sudah menentukan diagnosa dokter.
Gambar 3.1 Hasil CT-Scan potongan
Axial pada kasus Hidorsefalus
Gambar 3.2 Hasil CT-Scan
potonganSagital pada kasus Hidrosefalus
Pada
kedua gambar diatas terlihat sangat jelas terjadi pembesaran ventrikel akibat
dari proses sirkulasi Serebro Spinal Fluid yang mengalami masalah yang
mengakibatkan terjadinya Hidrosefalus,
pada gambaran CT-Scan Kasus Hidrosefalus
sangat terlihat jelas ketika terjadi pembesaran Ventrikel yang signifikan jika
kita lihat secara subjektif.
3.2 Parameter Pemeriksaan CT-Scan pada
kasus Hidrosefalus
Pada kasus diatas digunakan
parameter pemeriksaan sebagai berikut:
Scanogram :
kepala lateral
Range : range
I dari basisi cranii sampai pars petrosus dan range II darei pars petrosus
sampai vertek.
Slice thickness :
2-5 mm (range I) dan 5-10 mm (range II).
FOV :
24 cm
Gentry
tilt : sudut gentre
tergantug pada besar kecilnya sudut yang terbentuk oleh orbito meata line (OML)
dengan garis vertical.
Kv :
120
mA :
130
Reconstruction algorithm : soft
tissue.
Window Width : 0 – 90
HU ((otak supratentorial)
: 110 – 160 HU (otak
pada fossa posterior)
: 2000-3000 HV (tulang)
Window Level : 40- 45 HU (otak supratentorial)
: 30-40 HU otak pada
fossa posterior
: 200-400 HU (tulang)
Dalam Kasus Hidrosefalus digunakan Slice Thicness
10mm karena dianggap telah bisa menampakan kelainan Patologi Hidrosefalus.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hidrosefalus
merupakan penumpukan cairan serebrospinal (SSF) secara aktif yang menyebabkan
dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi SSF yang berlebihan
pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan
oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari SSF. Bila
akumulasi SSF yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini
disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada kasus akumulasi cairan
yang berlebihan terjadi pada sistem ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai Hidrosefalus internal.
Hidrosefalus
dapat
diklasifikasikan atas beberapa hal yaitu berdasarkan Anatominya, beradasrkan
Etiologinya, dan berdasarkan Usia penderita.
Pada Hasil
gambar CT-Scan pada kasus Hidrosefalus
akan terjadi pembesaran ventrikel akibat dari proses sirkulasi Serebro Spinal
Fluid yang mengalami masalah yang mengakibatkan terjadinya Hidrosefalus, pada gambaran CT-Scan Kasus Hidrosefalus sangat terlihat jelas ketika terjadi pembesaran
Ventrikel yang signifikan jika dilihat secara subjektif.
4.2 Saran
Penulis
Menyarankan kepada pemabaca sebelum melakukan Teknik pemeriksaan CT-Scan pada
kasus Hidrosefalus agar memahami
dengan baik Teknik ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena
mengingat resiko pemeriksaan terutama dosis yang diterima pasien, jadi
diusahakan agar tidak ada pengulangan dalam pemeriksaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudibjo, dr. Prijo M.Kes., Sp.S. 2009 Bahan ajar Anatomi
Otak dan Vertebra.
Wijaya,
Yoppy S.Ked. 2006 Refrat Hidrosefalus
2006
Hidrosefalus Chapter II
Dimas.
2015 Penanganan Hidrosefalus
No comments:
Post a Comment