BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Siapapun
didunia ini pasti menginginkan tubuhnya sehat dan bugar. Karena ketika
seseorang mempunyai banyak uangpun tetapi tidak mempunyai kesehatan, tentu hal
tersebut tidak berarti apa-apa. Oleh sebab itu, sehat merupakan hal mutlak
untuk menjadi bahagia.
Gaya
hidup tak sehat zaman modern ini mempunyai banyak hal yang mengundang masalah
kesehatan. Siapa sangka merokok, minum-minuman keras bahkan ngebut-ngebutan
dijalan dapat mengundang berbagai keluhan kesehatan. Jika kesehatan sudah
terancam maka, harus diperiksa dengan segera sebelum penyakitnya memburuk.
Kedokteran
adalah ilmu yang sarat teknologi tinggi dan selalu berkembang setiap saat.
Penggunaan zat-zat radioaktif merupakan bagian dari teknologi nuklir yang
relatif cepat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal ini disebabkan zat-zat
radioaktif mempunyai sifat-sifat yang spesifik, yang tidak dimiliki oleh
unsur-unsur lain. Dengan memanfaatkan sifat-sifat radioaktif tersebut, maka
banyak persoalan yang rumit yang dapat disederhanakan sehingga penyelesaiannya
menjadi lebih mudah.
Salah
satu sifat dari radiasi nuklir yaitu mampu untuk menembus benda padat. Sifat
ini banyak digunakan dalam teknik radiografi yaitu pemotretan bagian dalam
suatu benda dengan menggunakan radiasi nuklir seperti sinar-x, sinar gamma dan
neutron. Hasil pemotretan tersebut direkam dalam film sinar-x.
Zat
radioaktif banyak digunakan dalam bidang industri dan kedokteran. Dalam bidang
kedokteran, radiografi digunakan untuk mengetahui bagian dalam dari organ tubuh
seperti tulang, paru-paru dan jantung. Dalam radiografi dengan menggunakan film
sinar-x, maka obyek yang diamati sering tertutup oleh jaringan struktur
lainnya, sehingga didapatkan pola gambar bayangan yang didominasi oleh struktur
jaringan yang tidak diinginkan. Hal ini akan membingungkan para dokter untuk
mendiagnosa organ tubuh tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka dikembangkan
teknologi yang lebih canggih yaitu CT-Scanner (Computed Tomography Scanner)
dengan menggunakan radiasi nuklir seperti neutron, sinar gamma dan sinar-x.
Ketepatan
suatu diagnosa akan sangat membantu dalam penanganan terapi suatu penyakit,
oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas yang dapat menunjang prosedur tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan itu dihadirkan
failitas pemeriksaan CT-Scan yang merupakan modalitas radiodiagnostik canggih
CT Scan
(Computed Tomography Scanner) adalah
suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut
kecil dari tulang tengkorak dan otak. CT-Scan
merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang universal utk
pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat, otot dan tulang,
tenggorokan, rongga perut. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu gambaran
lesi dari tumor, hematoma dan abses. Perubahan vaskuler yang berupa malformasi,
naik turunnya vaskularisasi dan infark, brain contusion, brain atrofi,
hydrocephalus, Inflamasi. Untuk itu maka, dalam makalah ini kami akan membahas
tentang CT-scan.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara kerja CT scan
?
2. Bagaimana Peran CT scan
dalam radiologi ?
1.3.
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang :
1.
Untuk
mengetahui cara kerja CT scan.
2.
Untuk
mengetahui peran CT scan dalam
radiologi.
1.4.
Manfaat Penuliasan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan tentang cara kerja CT scan dan
mengetahui peran CT scan dalam
radiologi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Cara Kerja CT scan
2.1.1.
Sejarah CT scan
- Generasi I
Pesawat CT Scan pertama kali dirancang bangun pada tahun 1971 atas dasar tindak lanjut ide teori Dr. Hounsfield dengan prinsip kerja pesawat teknik tomografi. Dimana lingkup kerja pesawat CT Scan hanya terbatas pada pengambilan gambar-gambar diagnosa kepala secara scanner, sehingga pesawat CT Scan waktu itu disebut CT Head Scanner.
Gambar 1. CT
Scan Generasi I
Ciri-ciri CT Scan generasi pertama diantaranya :
•
X-ray tube yang digunakan masih
menghasilkan pencil beam.
•
Detector yang digunakan single
detector untuk mendapatkan gambaran per-slicenya.
•
Pixel yang dihasilkan dalam
bentuk pixel recon matrix memiliki ukuran 80 x 80 pixel recon matrix, 13 mm
slice thickness 33 mA, 120 KV.
•
Scanning time yang bisa
dilakukan pesawat adalah 4 s/d 5 menit.
•
Kerja x-ray tube secara continous
radiation.
•
Proyeksi gambar scanning secara
paralel untuk tiap kali rotasi.
•
Prinsip kerja pesawat
menggunakan prinsip kerja teknik tomografi
•
Secara translation dan rotation
yang bergantian dan berlainan arah antara x-ray tube dengan detector.
•
Secara translation dan rotation
yang bergantian dan berlainan arah antara x-ray tube dengan detector.
·
Perintis :
EMI, London, 1977
·
X-ray :
pencil beam
•
Gerakan :
translate – rotate
•
Detektor :
single detector
·
Rotasi :
180 derajat
·
Waktu : 4,5
– 5,5 menit / scan slice
·
• App : head scanner
• App : head scanner
Gambar 2.
Pergerakkan Tabung CT Scan Generasi I
- Generasi II
CT Scan generasi kedua muncul pada tahun 1975, dimana pesawat CT
Scan II merupakan evolution CT Scan generasi pertama, pada pesawat CT Scan II
mempunyai fasilitas komponen yang lebih lengkap, terutama dalam pemakaian
komponen detector. Pada CT Scan II, sistem detector yang dipakai adalah
multidetector, sehingga sensitifitas pesawat tersebut terhadap berkas radiasi
x-ray yang terpancar dari sumber sinar-x lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pesawat CT Scan yang menggunakan single detector.
CT Scan generasi kedua juga memiliki ciri-ciri khusus diantaranya :
• X-ray tube yang digunakan dapat menghasilkan fan beam.
• Banyaknya detector yang dipakai biasanya lebih dari 30 detector.
• Lama waktu Scanning ± 20 s/d 90 second.
• Menghasilkan x-ray secara continous radiation.
• Sudah bisa digunakan untuk Scan hampir seluruh tubuh.
Gambar 3.
Pergerakkan Tabung CT Scan Generasi II
- Generasi III
Berdasarkan hasil rekontruksi gambaran diagnosa yang dihasilkan, CT
Scan III mampu menampilkan tampilan gambaran diagnostik suatu objek dengan
kemampuan resolusi yang lebih baik daripada gambaran diagnostik yang dihasilkan
pada generasi CT Scan sebelumnya. CT Scan III muncul sekitar tahun 1977 setelah
CT Scan II muncul. Kemunculan pesawat CT Scan III merupakan imbas dari kemajuan
teknologi komputer dalam merekontruksi gambar-gambar medik dengan resolusi
citra yang baik. Hal ini ditandai dengan semakin kompleksnya sistem pesawat
pada CT Scan III. Sehingga pencitraan medik pada gambaran diagnostik tampak
lebih sempurna.
CT Scan III mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut :
•
Sinar-x yang dihasilkan oleh
x-ray tube adalah fan beam geometri.
•
Detector yang digunakan sebagai
pendeteksi sinyal radiasi x-ray lebih banyak daripada CT Scan I dan II, yakni
jumlahnya sebanyak 380 s/d 768 element.
•
Dapat menghasilkan sinar-x yang
bersifat pulsed radiation atau continous radiation (tergantung dari rancangan
pesawat tersebut).
•
Sistem pergerakkan kerja rotanx
dan detector tidak secara linier, melainkan secara rotasi dengan kecepatan
tinggi (high speed).
•
Exposure time yang relatif
cepat ± 500 ms (Somatom Plus 4, Siemens) s/d 1,4 second (Somatom DR Siemens).
•
Dapat digunakan untuk mendiagnosa seluruh tubuh.
Dapat digunakan untuk mendiagnosa seluruh tubuh.
Gambar 4.
Pergerakkan Tabung CT Scan Generasi III
- Generasi IV
Pesawat CT Scan generasi IV muncul pada tahun 1977 setelah munulnya CT Scan III. Pesawat CT Scan IV merupakan suatu modifikasi dari CT Scan III. Karena semua cara kerja yang diaplikasikan pada pesawat CT Scan IV adalah dasar prinsip kerja pesawat CT Scan III. Meskipun berdasarkan kedetailan penyampaian informasi secara digital, CT Scan IV sedikit lebih akurat daripada CT Scan III. Hal ini disebabkan karena pada CT Scan IV dimodifikasi dengan stationary detector.
Gambar 5.
Pergerakkan Tabung CT Scan Generasi IV
- Generasi V
CT Scan V muncul tidak layaknya seperti CT Scan generasi sebelumnya.
Pada CT Scan generasi I, II, III, dan IV hadir dengan prinsip aplikasi
fungsional dan peranan x-ray sebagai media pembentuk gambaran diagnostik. Akan
tetapi, pesawat CT Scan V muncul tanpa menggunakan peranan x-ray sebagai media
untuk menampilkan tampilan diagnosa. Hal ini disebabkan karena pada CT Scan V
menggunakan elektron gun sebagai pembangkit energi foton pengganti sinar-x.
Pada Electron Beam Technique tidak menggunakan tabung sinar-x, tapi
menggunakan electron gun yang memproduksi pancaran electron berkekuatan 130 KV.
Pancaran electron difokuskan oleh electro-magnetic coil menuju fokal spot pada
ring tungsten. Proses penumbukkan electron pada tungsten menghasilkan energy
sinar-x. Sinar-x akan keluar melewati
kolimator yang membentuknya menjadi pancaran fan beam. Kemudian sinar-x akan mengenai obyek dan
hasil atenuasinya akan mengenai solid state detector dan selanjutnya prosesnya
sama
dengan prinsip kerja CT Scan yang lain. Perbedaannya hanya pada pembangkit sinar-x nya bukan menggunakan tabung sinar-x tetapi menggunakan electron gun.
dengan prinsip kerja CT Scan yang lain. Perbedaannya hanya pada pembangkit sinar-x nya bukan menggunakan tabung sinar-x tetapi menggunakan electron gun.
Gambar 6. CT
Scan Generasi ke V
- Generasi Keenam (Spiral ? Helical CT)
Akuisisi data dilakukan dengan meja bergerak sementara tabung sinar-X berputar, sehingga gerakan tabung sinar-X membentuk pola spiral terhadap pasien ketika dilakukan akuisisi data. Pola spiral ini diterapkan pada konfigurasi rancangan CT generasi ketiga dan keempat
Gambar
7. Pergerakan Tabung Sinar X dan
Meja
Pemeriksaan CT Scan Generasi ke VI
- Gerakan :
Stationary – rotate system
- X-ray : Wide
fan beam, meja bergerak dalam terowongan gantry selama scanning (spiral
CT)
- Detektor
:Multi detector (424-2400), slip ring detector
- Rotasi : 360
derajat
- Waktu : <10
detik / scan slice
- Aplikasi :
Whole body scanner (multi slice 3D, 4D)
Generasi Ketujuh (Multi Array Detector CT / Multi Slice CT)
Gambar
8. Detektor CT Scan Generasi ke VII
Penggunaan multi array detector menyebabkan jika kolimator
terbuka lebih lebar maka akan diperoleh data proyeksi lebih banyak dan juga
irisan yang lebih tebal sehingga penggunaan energi sinar-x menjadi lebih
efisien.
- Generasi Kedelapan (Dual Source CT)
Dual Source CT (DSCT) menggunakan dua buah tabung sinar-X
dan tehubung pada dua detektor yang mana masing-masing tabung tersebut
menggunakan tegangan yang berbeda, yaitu 140 kV dan 80 kV. DSCT digunakan untuk
menentukan jenis bahan atau zat.
Gambar 9. CT Scan Generasi ke VIII
Dari seluruh perkembangan CT dapat disimpulkan beberapa
indikasi perkembangan CT, yaitu :
1.
Makin compact /
ringkas komponennya
2.
Makin cepat
scanning time nya
3.
Makin halus
resolusinya
4.
Makin banyak slice
nya
5.
Makin luas dimensinya
6.
Makin banyak
manfaatnya
7.
Makin kecil
bahayanya
Gambar 10.
CT Scan Terbaru dari GE Healthcare
Gambar 10.
Hasil CT Scan Terbaru dari GE Healthcare
2.1.2.
Oprasi Pengolahan Citra CT
scan
Peralatan CT Scanner terdiri atas tiga bagian yaitu sistem pemroses citra,
sistem komputer dan sistem kontrol.
a. Sistem Pemroses
Citra
Sistem pemroses citra
merupakan bagian yang secara langsung berhadapan dengan obyek yang diamati
(pasien). Bagian ini terdiri atas sumber sinar-x, sistem kontrol, detektor dan
akusisi data. Sinar-x merupakan radiasi yang merambat lurus, tidak dipengaruhi
oleh medan listrik dan medan magnet dan dapat mengakibatkan zat fosforesensi
dapat berpendar. Sinar-x dapat menembus zat padat dengan daya tembus yang
tinggi. Untuk mengetahui seberapa banyak sinar-x dipancarkan ke tubuh pasien,
maka dalam peralatan ini juga dilengkapi sistem kontrol yang mendapat input
dari komputer.
Bagian keluaran dari
sistem pemroses citra, adalah sekumpulan detektor yang dilengkapi sistem
akusisi data. Detektor adalah alat untuk mengubah besaran fisik-dalam hal ini
radiasi-menjadi besaran listrik. Detektor radiasi yang sering digunakan adalah
detektor ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ini ditembus oleh radiasi maka
akan terjadi ionisasi. Hal ini akan menimbulkan arus listrik. Semakin besar
interaksi radiasi, maka arus listrik yang timbul juga semakn besar. Detektor
lain yang sering digunakan adalah detektor kristal zat padat. Susunan detektor
yang dipasang tergantung pada tipe generasi CT Scanner. Tetapi dalam hal fungsi
semua detektor adalah sama yaitu mengindentifikasi intensitas sinar-x setelah
melewati obyek. Dengan membandingkan intensitas pada sumbernya, maka atenuasi
yang diakibatkan oleh propagasi pada obyek dapat ditentukan. Dengan menggunakan
sistem akusisi data maka data-data dari detektor dapat dimasukkan dalam
komputer. Sistem akusisi data terdiri atas sistem pengkondisi sinyal dan
interfacae (antarmuka ) analog ke komputer.
Film yang menerima
proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat semua sinar
secara berdispensiasi. Pencatatan dilakukan dengan mengkombinasikan tiga
pesawat detektor, dua diantaranya menerima sinar yang telah menembus tubuh dan
yang satu berfungsi sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar
rontgen yang telah menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi
dari tiga tititk, menurut posisi jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5
menit.
b. Sistem Komputer dan
Sistem Kontrol
Bagian komputer
bertanggung jawab atas keseluruhan sistem CT Scanner, yaitu mengontrol sumber
sinar-x, menyimpan data, dan mengkonstruksi gambar tomografi. Komputer terdiri
atas processor, array processor, harddisk dan sistem input-output.
Processor atau CPU
(unit pemroses pusat) mempunyai fungsi untuk membaca dan menginterprestasikan
instruksi, melakukak eksekusi, dan menyimpan hasil-hasil dalam memory. CPU yang
digunakan mempunyai bus data 16,32 atau 64 bit. Tipe komputer yang digunakan
bisa mikro komputer dan bisa mini komputer, namun harus memenuhi unjuk kerja
dan kecepatan bai sistem CT Scanner. Harddisk mempunyai fungsi untuk menyimpan
data dan software.
CT Scanner pada umumnya
dilengkapi dengan dua buah monitor dan keyboard. Masing-masing sebagai operator
station dan viewer station dan keduanya mempunyai tugas yang berbeda. Operation
Station mempunyai fungsi sebagai operator kontrol untuk mengontrol beberapa
parameter scan seperti tegangan anoda, waktu scan dan besarnya arus filamen.
Sedangkan viewer station mempunyai fungsi untuk memanipulasi sistem pemroses citra.
Bagian ini mempunyai sistem kontrol yang dihubungkan dengan sistem keluaran
seperti hard copy film, magnetic tape, dan paper print out. Dari bagian ini
dapat dilakukan pekerjaan untuk mendiagnosa hasil scanning.
Oprasi pengolahan Citra
CT scan dapat dibedakan menjadi :
1. Analisis
Citra
Analisis citra adalah kegiatan menganalisis citra sehingga
menghasilkan informasi untuk menetapkan keputusan. Beberapa hal yang dapat
diidentifikasi dari sebuah citra seperti format file citra,ukuran file citra,
jumlah pixel, dimensi citra, resolusi citra, dan lain-lain.
Tujuan : menghitung besaran kuantitatif dari citrauntuk
menghasilkan deskripsinya.Diperlukan untuk melokalisasi objek yang
diinginkandari sekelilingnyaOperasi pengorakan citra :
-
Pendeteksian tepi
objek (edge detection)
-
Ekstraksi batas
(boundary)
-
Represenasi daerah
(region)
2. Restorasi
Citra
Restorasi citra yaitu mencari terlebih dahulu penyebab
kerusakan citra setelah itu baru mengaplikasikan teknik – teknik yang ada untuk
memperbaikinya. Teknik restorasi berorientasi pada pemodelan degradasi dan
melakukan proses kebalikan dari degradasi dalam merecover Citra aslinya.
Restorasi citra berkaitan dengan penghilangan atau pengurangan degradasi pada
citra yang terjadi karena proses akuisisi citra. Degradasi yang dimaksud
termasuk derau (yang merupakan eror dalam nilai piksel) atau efek optis
misalnya blur (kabur) akibat kamera yang
tidak fokus atau karena gerakan kamera. Teknik restorasi citra meliputi operasi
neighbourhood dan juga penggunaan proses-proses pada domain frekuensi.
3. Kompresi
Citra
Kompresi citra adalah aplikasi kompresi data yang dilakukan
terhadap citra digital dengan tujuan untuk mengurangi redundansi dari data-data
yang terdapat dalam citra sehingga dapat disimpan atau ditransmisikan secara
efisien. Proses kompresi merupakan proses mereduksi ukuran suatu data untuk
menghasilkan representasi digital yang padat atau memampatkan namun tetap dapat
mewakili kuantitas informasi yang terkandung pada data tersebut.
Bertujuan meminimalkan kebutuhan memori untuk
merepresentasikan citra digital dengan mengurangi duplikasi data di dalam citra
sehingga memori yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit daripada representasi
citra semula.
Manfaat
§ Waktu pengiriman data pada saluran komunikasi data lebih
singkat
§ Membutuhkan ruang memori dalam storage lebih sedikit
dibandingkan dengan citra yang tidak dimampatkan
§ Semakin besar ukuran citra, semakin besar memori yang
dibutuhkan. Namun kebanyakan citra mengandung duplikasi data, yaitu :
o Suatu pixel memiliki intensitas yang sama dengan dengan
pixel tetangganya, sehingga penyimpanan setiap pixel memboroskan tempat
o Citra banyak mengandung bagian (region) yang sama, sehingga
bagian yang sama ini tidak perlu dikodekan berulangkali karena mubazir atau
redunda
4. Segmentasi
Citra
Segmentasi citra (image segmentation) mempunyai arti membagi
suatu citra menjadi wilayah-wilayah yang homogen berdasarkan kriteria
keserupaan yang tertentu antara tingkat keabuan suatu piksel dengan tingkat
keabuan piksel – piksel tetangganya, kemudian hasil dari proses segmentasi ini
akan digunakan untuk proses tingkat tinggi lebih lanjut yang dapat dilakukan
terhadap suatu citra, misalnya proses klasifikasi citra dan proses identifikasi
objek.
Adapun dalam proses segmentasi citra itu sendiri terdapat beberapa
algoritma, diantaranya : algoritma Deteksi Titik, Deteksi Garis, dan Deteksi
Sisi ( berdasarkan Operator Robert dan Operator Sobel ). Gonzalez dan Wintz
(1987) menyatakan bahwa segmentasi adalah proses pembagian sebuah citra kedalam
sejumlah bagian atau obyek. Segmentasi merupakan suatu bagian yang sangat
penting dalam analisis citra secara otomatis, sebab pada prosedur ini obyek
yang diinginkan akan disadap untuk proses selanjutnya
5. Perbaikkan
Kualitas Citra
Perbaikan kualitas citra (image enhancement) merupakan salah
satu proses awal dalam pengolahan citra. Perbaikan kualitas citra diperlukan
karena seringkali citra yang dijadikan objek mempunyai kualitas yang buruk,
misalnya citra mengalami derau (noise), citra terlalu gelap/terang, citra
kurang tajam, kabur, dan sebagainya.
Image enhancement juga melibatkan level keabuan dan
manipulasi kontras, pengurangan derau, pemfilteran, penajaman, interpolasi dan
magnifikasi, pseudo warna, dan sebagainya. Yang dimaksud dengan perbaikan
kualitas citra adalah proses mendapatkan citra yang lebih mudah
diinterpretasikan oleh mata manusia. Tujuan perbaikan citra adalah lebih
menonjolkan ciri citra tertentu untuk kepentingan analisis atau menampilkan
citra.
Perbaikan citra berguna dalam ekstraksi cirri, analisis
citra, dan tampilan informasi visual. Sedangkan restorasi citra mengacu pada
menghilangkan atau meminimalkan degradasi dalam citra. Termasuk restorasi citra
antara lain deblurring citra yang didegradasi oleh keterbatasan sensor atau
lingkungannya, noise filtering, koreksi distorsi geometric atau ketidak
linieran karena sensor-sensor. Perbedaan image enhancement dengan image
restoration adalah pada image restoration perbedaan degradasi diketahui.
Beberapa
teknik perbaikan kualitas citra yang umum digunakan antara lain :
1.
Operasi Titik
a.
Pengubahan kontras
b.
Pemotongan noise
c.
Mengiris window (
window scaling )
d.
Model histogram
2.
Operasi Spasial
a.
Pelembutan noise
b.
Filter median
c.
Unsharp masking
d.
Lowpass, bandpass,
high-pass filtering
e.
Pembesaran
3.
Operasi
Transformasi
a.
Linier filter
b.
Root filter
c.
Homomorphic filter
4.
Pseudowarna
a.
False coloring
b.
Pseudoloring
6. Pengolahan
Citra
Pengolahan citra digital adalah salah satu bentuk pemrosesan
informasi dengan inputan berupa citra (image) dan keluaran yang juga berupa
citra atau dapat juga bagian dari citra tersebut. Tujuan dari pemrosesan ini
adalah memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau
mesin computer. Operasi-operasi pada pengolahan citra digital secara umum dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Perbaikan kualitas citra
(image enhancement), contohnya perbaikan kontras gelap/terang, penajaman
(sharpening), dan perbaikan tepian objek (edge enhancement)
2.
Restorasi citra
(image restoration), contohnya penghilangan kesamaran (deblurring)
3.
Pemampatan citra
(image compression)
4.
Segmentasi citra
(image segmentation)
5.
Pengorakan citra
(image analysis), contohnya pendeteksian tepi objek (edge enhancement) dan
ekstraksi batas (boundary)
6.
Rekonstruksi citra
(image recronstruction)
Di dalam bidang komputer, sebenarnya ada tiga bidang studi
yang berkaitan dengan data citra, namun tujuan ketiganya berbeda, yaitu:
a.
Grafika Komputer
(computer graphics) bertujuan menghasilkan citra (lebih tepat disebut grafik
atau picture) dengan primitif-primitif geometri seperti
garis, lingkaran, dan sebagainya. Primitif-primitif geometri tersebut
memerlukan data deskriptif untuk melukis elemen-elemen gambar.
b.
Pengolahan Citra
(image processing) bertujuan memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia
atau mesin (dalam hal ini komputer).
Teknik-teknik pengolahan citra
mentransformasikan citra menjadi citra lain.
c.
Pengenalan Pola
(pattern recognition/image interpretation) mengelompokkan data numerik dan
simbolik (termasuk citra) secara
otomatis oleh mesin (dalam hal ini
komputer). Tujuan pengelompokan adalah
untuk mengenali suatu objek di dalam citra.
Pengolahan
citra memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah:
- Digunakan sebagai proses memperbaiki kualitas citra
agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer
- Digunakan untuk Teknik pengolahan citra dengan
mentrasformasikan citra menjadi citra lain . contoh : pemampatan citra
(image compression)
- Sebagai proses awal (preprocessing) dari komputer visi
2.1.3.
Komponen Dasar Pesawat CT scan
a.
Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan
tempat pasien diposisikan untuk dilakukannya pemeriksaan CT-Scan. Bentuknya
kurva dan terbuat dari Carbon Graphite Fiber. Setiap scanning satu slice
selesai, maka meja pemeriksaan akan bergeser sesuai ketebalan slice ( slice
thickness ). Meja pemeriksaan terletak dipertengahan gantry dengan posisi
horizontal dan dapat digerakkan maju, mundur, naik dan turun dengan cara
menekan tombol yang melambangkan maju, mundur, naik, san turun yang terdapat
pada gantry.
Gambar 11. Komponen
External CT Scan
1.
Gantry Aperture (720mm
diameter)
2.
Microphone
3.
Sagital laser alignment light
4.
Patient guide light
5.
X-ray exposure indicator light
6.
Emergency stop buttons
7.
Gantry control panel
8.
External laser alignment lights
9.
Meja pemeriksaan pasien
10. ECG gating monitor
b.
Gantry
Gantry merupakan
komponen pesawat CT-Scan yang didalamnya terdapat tabung sinar-x, filter,
detektor, DAS (Data Acquisition System). Serta lampu indikator untuk sentrasi.
Pada gantry ini juga dilengkapi denganindikator data digital yang memberi
informasi tentang ketinggian meja pemeriksaan, posisi objek dan kemiringan
gantry.
Pada pertengahan gantry
diletakkan pasien. Tabung sinar-x dan detektor yang letaknya selalu berhadapan
didalam gantry akan berputar mengelilingi objek yang akan dilakukan scanning.
1)
Tabung sinar-x
Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X dengan sifat:
11. Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 kV
12. Ukuran focal spot kecil 10 – 1 mm
13. Tahan terhadap goncangan
2)
Kolimator
Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah kolimator, yaitu:
•
Kolimator pada tabunng sinar-x
Fungsinya: untuk
mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas lapangan penyinaran dan
mengurangi bayangan penumbra dengan adanya focal spot kecil.
•
Kolimator pada detektor
Fungsinya: untuk
pengarah radiasi menuju ke detektor, pengontrol radiasi hambur dan menentukan
ketebalan lapisan (slice thickness).
3)
Detektor dan DAS ( Data
Acqusition system )
Setelah sinar-x
menembus objek, maka akan diterima oleh detector yang selanjutnya dan dilakukan
proses pengolahan data oleh DAS. Adapun fungsi detector dan DAS secara garis
besar adalah: untuk menangkap sinar-x yang telah menembua objek, mengubah
sinar-x dalam bentuk cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya tampak tersebut
menjadi sinyal-sinyal electron, lalu kemudian menguatkan sinyal-sinyal electron
tersebut dan mengubah sinyal electron tersebut kedalam bentuk data digital.
a.
Komputer merupakan pengendali
dari semua instrument pada CT-Scan. Berfungsi untuk melakukan proses scanning,
rekonstruksi atau pengolahan data, menampilkan ( display ) gambar serta untuk
menganalisa gambar. Adapun elemen-elemen pada computer adalah sebagai berikut:
1)
Input Device adalah unit yang
menterjemahkan data-data dari luar kedalam bahasa computer sehingga dapat
menjalankan program atau instruksi.
2)
CPU (Central Procesing Unit) Merupakan
pusat pengolahan dan pengelolaan dari kesseluruhan system computer yang sedang
bekerja. Terdiri atas ALU ( Arithmetic Logic Unit ) berfungsi untuk
melaksanakan proses berupa arithmetic operation seperti penambahan, pengurangan,
pembagian, serta perkalian. Control Unit berfungsi untuk mengontrol keseluruhan
system computer dalam melakukan pengolahandata. Memory Unit berfungsi sebagai
tempat penyimpanan data ataupun instruksi yang sedang dikerjakan.
3)
Output Device digunakan untuk
menampilkan hasil program atau instruksi sehingga dapat dengan mudah dilihat
oleh personilyang mengoperasikannya, misalnya CRT (Cathoda Ray Tube).
b.
Layar TV Monitor
Berfungsi sebagai alat
untuk menampilkan gambar dari objek yang diperiksa serta menampilkan
instruksi-instruksi atau program yang diberikan.
c.
Image Recording
Berfungsi untuk
menyimpan program hasil kerja dari computer ketika melakukan scanning,
rekonstruksi dan display gambar. digunakan:
1)
Magnetik Disk digunakan untuk
penyimpanan sementara dari data atau gambaran, apabila gambaran akan
ditampilkan dan diproses. Magnetic disk dapat menyimpan dan mengirim data
dengan cepat, bentuknya berupa piringan yang dilapisi bahan ferromagnetic.
Kapasitasnya sangat besar.
2)
Floppy Disk biasa disebut
dengan disket, merupakan modifikasi dari magnetic disk, bentuknya kecil dan
fleksibel atau lentur. Floppy disk mudah dibawa dan disimpan. Kapaasitasnya
relative kecil (sekarang sudah tidak digunakan lagi).
d.
Operator Terminal
Merupakan pusat semua
kegiatan scanning atau pengoperasian system secara umum serta berfungsi untuk
merekonstruksi hasil gambaran sesuai dengan kebutuhan.
e.
Multiformat Kamera
Digunakan untuk
memperoleh gambaran permanen pada film. Pada satu film dapat dihasilkan
beberapa irisan gambar tergantung jenis pesawat CT dan film yang digunakan.
c.
Rekonstruksi
Bagian terakhir dari CT Scanner adalah rekonstruksi. Banyak
metode yang dapat digunakan untuk merekonstruksi gambar tomografi, mulai dari
back projection sampai konvolusi.
Metode back projection banyak digunakan dalam bidang
kedokteran. Metode ini menggunakan pembagian pixel-pixel yang kecil dari suatu
irisan melintang. Pixel didasarkan pada nilai absorbsi linier. Kemudian
pixel-pixel ini disusun menjadi sebuah profil dan terbentuklah sebuah matrik.
Rekonstruksi dilakukan dengan jalan saling menambah antar elemen matrik.
Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih baik, maka
digunakan metode konvolusi. Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat dinyatakan
dalam bentuk matematik yaitu transformasi Fourier. Dengan menggunakan konvolusi
dan transformasi Fourier, maka bayangan radiologi dapat dimanipulasi dan
dikoreksi sehingga dihasilkan gambar yang lebih baik.
Gambar 13.
Komponen Internal CT Scan
1.
X-ray tube
2.
Filter dan
kolimator
3.
Proyektor Internal
4.
Oil cooler
5.
High voltage
generator (0-75 kV)
6.
Direct drive gantry
motor
7.
Rotation control
unit
8.
DAS
9.
Detector
10. Slip rings
11. Detector temperature controller
12. High voltage generator (75-150 kV)
13. Power unit (AC to DC)
14. Line noise filter
2.1.4.
Cara Kerja CT scan
Prinsip dasar CT scan
mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih umum dikenal. Kedua
perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah
melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya
adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang
dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi,
informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap)
sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak
lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan
informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini
dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang
dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan
oleh teknik radiografi konvensional.
Film yang menerima
proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat semua sinar
secara berdispensiasi. Pencatatan dilakukan dengan mengkombinasikan tiga
pesawat detektor, dua diantaranya menerima sinar yang telah menembus tubuh dan
yang satu berfungsi sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar
rontgen yang telah menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi
dari tiga tititk, menurut posisi jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5
menit
Sinar-X yang mengalami
atenuasi, setelah menembus objek diteruskan ke detektor yang mempunyai sifat
sangat sensitive dalam menagkap perbedaan atenuasi dari sinar-X yang kemudian
mengubah sinar-X tersebut menjadi signal-signal listrik. Kemudian signal-signal
listrik tersebut diperkuat oleh Photomultiplier Tube sinar-X. Data dalam bentuk
signal-signal listrik tersebut diubah kedalam bentuk digital oleh Analog to
Digital Converter (ADC), yang kemudian masuk ke dalam system computer dan
diolah oleh computer. Kemudian Data Acquistion System (DAS) melakukan
pengolahan data dalam bentuk data-data digital atau numerik.
Data-data inilah yang
merupakan informasi komputer dengan rumus matematika atau algoritma yang
kemudian direkonstruksi dan hasil rekonstruksi tersebut ditampilkan pada layar
TV monitor berupa irisan tomography dari objek yang dikehendaki yaitu dalam
bentuk gray scale image yaitu suatu skala dari kehitaman dan keputihan. Pada CT
Scanner mempunyai koefisien atenuasi linear yang mutlak dari suatu jaringan
yang diamati, yaitu berupa CT Number. Tulang memiliki nilai besaran CT Number
yang tertinggi yaitu sebesar 1000 HU (Hounsfield Unit), dan udara mempunyai
nilai CT Number yang terendah yaitu -1000 HU (Hounsfield Unit), sedangkan
sebagai standar digunakan air yang memiliki CT Number 0 HU (Hounsfield Unit).
Nilai diatas merupakan nilai pada pesawat CT yang memiliki faktor pembesaran
konstan 1000, untuk memperjelas suatu struktur yang satu dengan struktur yang
lainnya yang mempunyai nilai perbedaan koefisien atenuasi kurang dari 10% maka
dapat digunakan window width untuk memperoleh rentang yang lebih luas.
CT Scanner menggunakan
penyinaran khusus yang dihubungkan dengan komputer berdaya tinggi yang
berfungsi memproses hasil scan untuk memperoleh gambaran panampang-lintang dari
badan. Pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara perlahan – lahan
dipindahkan ke dalam cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi pasien pada
saat pengambilan sinar rontgen. Waktu yang digunakan sampai seluruh proses
scanning ini selesai berkisar dari 45 menit sampai 1 jam, tergantung pada jenis
CT scan yang digunakan( waktu ini termasuk waktu check-in nya).
Computed Tomography
atau CT memiliki prinsip kerja sebagai berikut:
•
Tabung sinar-X akan
mengeluarkan sinar-X yang akan melewati celah sempit (kolimator)
•
Sinar-X tersebut akan menembus
organ dan akan mengalami pelemahan (atenuasi)
•
Sinar-X itu kemudian mengenai
detektor yang mengubah energi sinar-X menjadi energi cahaya tampak
•
Energi yang berasal dari
detektor akan digandakan oleh Image Intensifier
•
Setelah itu, cahaya tampak akan
masuk ke dalam Photo Multiplier Tube (PMT) dan akan diubah menjadi pulsa atau
sinyal listrik
•
Sebagai data analog, sinyal
listrik ini akan dikonversikan menjadi data digital oleh ADC (Analog to Digital
Converter)
•
Data digital dari ADC (Analog
to Digital Converter) akan diakuisisi ke dalam DAS (Data Acquisition System)
dan dikirim ke CPU. Pada CPU data akan diolah dan direkonstruksi. Beberapa
prosedur yang bisa digunakan dalam teknik rekonstruksi gambaran :
15. Algebraic Reconstruction Techniques (ART)
16. Convolution Back Projection Procedures
Dari CPU data akan
dikirim ke monitor untuk ditampilkan, ke Memory Unit (storage) untuk disimpan ataupun
dikirim ke output devices lainnya untuk dicetak
Pada dasarnya, CT atau
Computed Tomography mengukur distribusi spasial (ruang) suatu kuantitas fisik
yang akan diamati dari arah yang berbeda-beda dengan tujuan untuk
merekonstruksi gambar yang bebas dari superimposisi. Kuantitas fisik yang
diukur adala koefisien atenuasi (µ) dari obyek yang menyebabkan pelemahan
intensitas sinar-X oleh obyek yang ditembus oleh sinar-X tersebut. Berkas
sinar-X yang menembus suatu obyek akan menglami pelemahan (kehilangan energi)
yang diakibatkan oleh penyerapan oleh obyek penyebaran atau penghamburan.
Densitas dari suatu
jaringan akan sebanding dengan penyerapan suatu jaringan. Jaringan dengan
kepadatan yang tinggi akan menyerap energi sinar-X lebih banyak sehingga pelemahannya
menjadi tinggi dan sinar-X yang mampu diteruskan akan menjadi sedikit.
Sedangkan jaringan yang memiliki kepadatan yang rendah akan menyerap energi
sinar-X lebih sedikit sehingga pelemahannya menjadi sedikit dan sinar-X yang
diteruskan banyak. Rumus yang digunakan dalam energi sinar-X :
It = Io . e–µt
µ = 1/t . ln Io/It
Dimana
Io = Intensitas radiasi sebelum mengenai obyek
It = Intensitas radiasi setelah mengenai obyek
e = koefisien
µ = koefisien atenuasi
t = tebal bahan
Dari rumus diatas
diperoleh rumusan koefisien serap linier material. Setiap materi memiliki
koefisien nilai serap bahan yang berbeda-beda. Hal inilah yang menjadi patokan
nilai dari bilangan CT (CT number). Hal ini merupakan data untuk prinsip kerja
CT.
Proses scanning ini
tidak menimbulkan rasa sakit. Sebelum dilakukan scanning pada pasien, pasien
disarankan tidak makan atau meminum cairan tertentu selama 4 jam sebelum proses
scanning. Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula prosedur
scanning yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material cairan kontras
yang mana digunakan untuk melakukan proses scanning khususnya untuk daerah
perut.
Dengan
menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya dibatasi
oleh kollimator, sinar x tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor.
Intensitas sinar-x yang diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan
kepadatan tubuh sebagai objek, dan detektor akan merubah berkas sinar-x yang
diterima menjadi arus listrik, dan kemudian diubah oleh integrator menjadi
tegangan listrik analog. Tabung sinar-x tersebut diputar dan sinarnya di
proyeksikan dalam berbagai posisi, besar tegangan listrik yang diterima diubah
menjadi besaran digital oleh analog to digital Converter (A/D C) yang kemudian
dicatat oleh komputer. Selanjutnya diolah dengan menggunakan Image Processor
dan akhirnya dibentuk gambar yang ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang
dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan Multi Imager atau Laser Imager.
Gambar 14. Prinsip Kerja CT Scan
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami
pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang
dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses
interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas
terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan.
Dalam CT scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan
sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi
terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan
sebagai data masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk
menghasilkan citra dengan suatu metode yang disebut sebagai rekonstruksi.
1) Pemroses
Data
Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator dan detektor. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 15.
Pemroses Data CT Scan
Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian
dikonversi menjadi arus listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam
bentuk sinyal melaui proses berikut :
Gambar 16. Proses dalam CT Scan
Setelah diperoleh arus listrik dan sinyal aslinya, maka
sinyal tadi dikonversi ke bentuk digital menggunakan A/D Convertor agar sinyal
digital ini dapat diolah oleh komputer sehingga membentuk citra yang
sebenarnya.
Hasilnya dapat dilihat langsung pada monitor komputer
ataupun dicetak ke film. Berikut contoh citra yang diperoleh dalam proses
scanning menggunakan CT Scanner :
Gambar
17. Hasil CT Scan
yang
dapat dilihat dari Monitor
Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber
radiasi yang berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar x tersebut
menembus tubuh dan diarahkan ke detektor. Intensitas sinar-x yang diterima oleh
detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai objek, dan detektor
akan merubah berkas sinar-x yang diterima menjadi arus listrik, dan kemudian
diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung sinar-x tersebut
diputar dan sinarnya di proyeksikan dalam berbagai posisi, besar tegangan
listrik yang diterima diubah menjadi besaran digital oleh analog to digital
Converter (A/D C) yang kemudian dicatat oleh komputer. Selanjutnya diolah
dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar yang
ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam
film dengan Multi Imager atau Laser Imager.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan
mengalami pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang
dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses
interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas
terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan.
Dalam CT scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan
sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi
terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan
sebagai data masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk
menghasilkan citra dengan suatu metode yang disebut sebagai rekonstruksi.
2)
Aplikasi
CT Scanner memiliki kemampuan yang unik untuk
memperhatikan suatu kombinasi dari jaringan, pembuluh darah dan tulang secara
bersamaan. CT Scanner dapat digunakan untuk mendiagnose permasalahan berbeda
seperti :
•
Adanya gumpalan darah di dalam paru-paru (pulmonary emboli)
•
Pendarahan di dalam otak ( cerebral vascular accident)
•
Batu ginjal
•
Inflamed appendix
•
Kanker otak, hati, pankreas, tulang, dll.
•
Tulang yang retak
Citra (image) adalah suatu representasi, kemiripan,
atau imitasi dari suatu obyek atau benda. Citra dikelompokkan menjadi dua yaitu
citra tampak dan citra tak tampak. Citra tampak misalnya foto, lukisan dan apa
yang nampak di monitor atau televise. Sedangakn citra tak tampak misalnya
gambar atau file (citra digital). Untuk dapat dilihat oleh manusia, citra tak
tampak ini harus diubah menjadi citra tampak misalnya dengan menampilkannya di
monitor, dicetak dimedia kertas dan lain-lain.
Dari jenis citra tersebut hanya citra digtal yang
dapat diolah oleh computer. Jenis citra lain jika ingin diolah dalam computer
harus diubah dalam bentuk citra digital. Misalnya organ kepala yang dipindai
dengan CT Scan. Kegiatan untuk mengubah informasi citra fisik non digital
menjadi digital disebut sebagai pencitraan (imaging).
Citra CT Scan adalah tampilan digital dari
crossectional tubuh dan berupa matriks yang terdiri dari pixel-pixel, atau
tersusun dari nilai pixel yang berlainan.
Komponen yang mempengaruhi kualitas gambar CT-Scan
adalah spatial resolution, kontras resolution, noise dan artefak.
1.
Spatial resolusi adalah kemampuan untuk dapat membedakan
objek/ organ yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar
belakang yang sama. Resolusi Spatial adalah kemampuan untuk dapat membedakan
obyek yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar belakang
yang sama. Dipengaruhi oleh factor geometri, rekontruksi alogaritma, ukuran
matriks, magnifikasi, dan FOV. Resolusi spasial atau High Contras Resolusi
adalah kemampuan untuk dapat membedakan objek yang berukuran kecil dengan
densitas yang berbeda. Resolusi spasial dipengaruhi oleh : faktor geometri,
rekonstruksi algoritma/filter kernel, ukuran matriks, pembesaran gambar (magnifikasi),
Focal Spot, Detektor
2.
Kontras resolusi adalah kemampuan untuk membedakan atau
menampakan obyek-obyek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil dan
dipengaruhi oleh faktor eksposi, slice thicknees, FOV dan filter kernel
(rekonstruksi algorithma).
3.
Noise adalah fluktuasi (standar deviasi) nilai CT number pada
jaringan atau materi yang homogen. Noise tergantung pada beberapa faktor antara
lain : mAs, scan time, kVp, tebal irisan, ukuran objek dan algoritma Sebagai
contoh adalah air memiliki CT Number 0, semakin tinggi standar deviasi nilai CT
Number pada pengukuran titik-titik air berarti noisenya tinggi. Noise ini akan
mempengaruhi kontras resolusi, semakin tinggi noise, maka kontras resolusi akan
menurun. Faktor-faktor yang menyebabkan noise adalah :
a.
Faktor eksposi, mAs, kV, semakin besar faktor eksposi akan
menurunkan noise. Salah satu parameter yang mempengaruhi CT number adalah
pemilihan tegangan tabung sinar-X/kV. Pengaturan tegangan sinar-X menentukan
jumlah energi foton sinar-X. CT number akan mengalami kenaikan seiring dengan
penurunan tegangan tabung sinar-X. Hal ini akan berpengaruh pada image quality
dan level of noise. Penelitian menggunakan variasi kV dianggap perlu semenjak
kalibrasi air dan udara pada pesawat CT Scan Somatom Emotion terpelihara dengan
cara mengubah tegangan tabung sinar-X. Estimasi tegangan tabung yang memiliki
energi tinggi dan memiliki efektifitas energi adalah 80 kV, 110 kV dan 130 kV
b.
Ukuran pixel, dipengaruhi oleh FOV dan ukuran matriks.
Semakin besar ukuran pixel, noise semakin berkurang, akan tetapi resolusi
spatial menurun.
c.
Slice thickness, semakin besar slice thickness noise akan
berkurang.
d.
Algoritma, penambahan prosedur algoritma sesuai kebutuhan
dapat meningkatkan image noise, peningkatan image noise dapat menurunkan
resolusi kontras.
Keterangan
•
Jika ukuran pixel semakin lebar, maka noise dalam
resolusi spasial akan semakin menurun.
•
Jika slice thickness semakin meningkat, maka noise dan resolusi spasial akan semakin menurun.
•
Jika energi (kV) meningkat, maka dosis radiasi yang diterima meningkat tapi noise semakin
menurun.
4.
Artefak adalah kesalahan dalam gambar (adanya sesuatu dalam
gambar) yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang diperiksa. Dalam CT Scan
artefak didefinisikan sebagai pertentangan / perbedaan antara rekonstruksi CT
Number dalam gambar dengan koefisien atenuasi yang sesungguhnya dari obyek yang
diperiksa.
2.1.5.
Tata Cara Pengoprasian CT scan
1. Prosedur Kerja
a. Survei Radiasi
Sebelum dilaksanakan pekerjaan scanning atau kegiatan penyinaran,
terlebih dahulu dilakukan survai radiasi pada area di sekitar CT-Scan untuk
memastikan bahwa tidak ada paparan radiasi. Survey radiasi dilaksanakan
sebelum, semasa dan sesudah operasi baik operasi normal maupun tidak normal,
perawatan, dan penggantian sumber. Semua data-data laju paparan dan data dosis
yang diukur harus dicatat dalam catatan tersendiri atau dalam bentuk pelaporan
kegiatan.
b. Operasi
1. Sebelum Penyinaran
o
Menyiapkan peralatan proteksi
radiasi dan peralatan lain yang diperlukan seperti surveimeter, personal
dosimeter (film badge/TLD/dosimeter saku), dan tanda radiasi.
o
Pekerja radiasi dan PPR yang
akan menangani sumber harus mengenakan film badge/TLD .
o
Hanya tenaga ahli, PPR dan
orang yang ditunjuk yang dapat mengerjakan pengoperasian CT-Scan dan berada di
lokasi terebut.
o
Pakai monitor perorangan (TLD
atau dosimeter saku).
o
Periksa survey meter yang akan
digunakan untuk memonitor lingkungan selama pelaksanaan pengoperasian CT-Scan.
Pemeriksaan meliputi sertifikat kalibrasi, kondisi baterai, faktor kalibrasi,
respon dan cara pemakaian. Nyalakan survey meter.
o
Tarik panel kontrol PLN pada
posisi ON yang berada di ruang gantry.
o
Lihat jarum penunjukan
indikator tegangan pada stabilizer apakah pada posisi 220 V (normal).
o
Perhatikan pendingin ruangan
dan alat kelembaban udara bekerja dengan baik. Lihat indikator thermometer dan
humidifier yang ada diruangan, dibawah 22º C dan 45% adalah kondisi yang ideal.
o
Tutup pintu pemisah ruang
sinar-x (gantry) dan ruang kontrol secara benar dan tertutup rapat .
o
Hidupkan CPU komputer pada
ruang kontrol dengan menekan tombol ON pada stabilizer yang berada diatas CPU
dan tunggu selama kurang lebih 5 menit.
o
Nyalakan lampu merah bahaya
radiasi yang berada di dinding dengan menekan saklar yang berada di samping
pintu masuk ruang tabung sinar-x (ruang gantry).
o
Ikuti perintah program software
yang ada yang ada di kontrol monitor untuk tahap pemanasan atau seasoning
memastikan apakah alat berjalan dengan baik.
a.
Setelah muncul tampilan
Check-up tekan tombol checkup
b.
Kemudian muncul tampilan
automatic procedure, tekan tombol START yang berlambang radiasi pada control
box.
c.
Check up akan meliputi current
tube temperature, voltage, slice thickness dll.
d.
Tunggu sampai prosedur check-up
selesai sekitar 2 menit.
e.
Muncul tampilan menu utama software
dan check-up selesai.
o
CT-Scan siap digunakan.
2. Proses Penyinaran (Scanning)
o
Atur letak atau posisi sample
atau obyek yang akan dianalisa pada meja scanning.
o
Masukkan data-data sample
tersebut yaitu nama sample, ID, dll, dengan memilih menu PATIENT→Register.
o
Kemudian klik EXAM
o
Lakukan setting mA dan KV (30 –
180 mA dan 80; 130 kV) yang diinginkan, panjang sample, posisi tube kemudian
klik menu LOAD.
o
Scanning akan berjalan dalam
hitungan detik .
o
Setelah selesai scanning secara
memanjang, pilihlah beberapa titik untuk dipotong (slicing) dan klik LOAD,
secara otomatis akan tertera di monitor slice image atau sayatan obyek
tersebut. Setelah selesai klik END EXAM.
o
Non aktifkan software system
dengan shutdown yaitu klik menu SYSTEM pilih END, kemudian dimonitor muncul
dialog box End Session. Pilihlah dan klik SHUTDOWN SYSTEM, kemudian tekan YES.
o
Selama CT-Scan sedang
beroperasi, lakukan survey radiasi disekitar ruangan (tempat operator, pintu
masuk dan ruang CT-Scan) dan catat dalam log book.
o
Jika scanning sudah selesai
pastikan sudah tidak ada paparan radiasi diruang gantry atau sekitarnya dengan
survey meter.
o
Matikan lampu tanda bahaya
radiasi
3. Setelah Penyinaran (Scanning)
o
Tunggu waktu pendinginan
minimal selama 15 (limabelas) menit sampai tabung / tube menjadi dingin.
o
Matikan UPS dengan menekan
tombol 0 atau OFF.
o
Turunkan panel kontrol PLN
dengan menarik tuas ke posisi OFF
o
Baca penunjukan akhir dosimeter
saku
o
Matikan survaimeter
o
Membuat laporan pelaksanaan
yang diketahui atau ditandatangani oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR)
2.1.6.
Analog Digital Converter dan Digital Analog Converter
2.1.6.1.Analog to Digital
Converter (ADC)
Alat yang merubah sinyal analog menjadi digital yaitu Analog Digital
Converter atau biasa disingkat ADC merupakan perangkat yang menconvert secara
kontinusmerubah sinyal listrik analog dari instrument dan sensor yang memonitor
kondisi seperti suara, pergerakan dan temeratur menjadi kode biner agar bisa di
mengerti computer. ADC dapat berada pada chip tunggal atau bisa juga dalam satu
sirkuit tanpa chip.
Sumber sinyal analog dalam radiologi :
• Kristal phospor
Image Intensifier – DF, CR, DR
• Ionization chamber
/ detector – CT Scan
• Kristal scintilasi
– Kedokteran nuklir
• Kristal
Piezoelektrik – Tranducer USG
Proses menjadi digital (angka-angka biner) namanya digitasi
(digitization/digitizing/digitized) Digitized merupakan proses pengconvert
gambar atau sinyal kedalam kode digital dengan cara scanning, mengkopi tablet
grafis atau menggunakan alat pengkonvortan dari analog ke digital. Sinyal yang
tercipta tergantung dari tingkat atenuasi tinggi atau rendah.
Komponen ADC
Comparator : pembanding dua arus atau sinyal yang masuk, lalu
meneruskan yang lebih besar sebagai out put “1” jika besar. “0” jika kecil.
Dalam komponen elektronik, alat yang digunakan untuk kompresi dengan
membandingkan 2 tegangan atau arus dan saklar untuk output untuk menunjukkan
yang lebih besar.
Parameter ADC
1. Digitization Depth :
Jumlah bits yang dihasilkan dari bilangan biner. Nilai gray level dari sebuah
pixel dalam sebuah gambar Resolusi dan Kemampuan Manipulasi
2. Dynamic Range :
Rentang cakupan arus atau sinyal input hasil dari digital output Kombinasi
keduanya menghasilkan contras dan latitude dalam radiografi.
3. Digitization Rate :
Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah data dari analog menjadi digitial.
PIXEL dan VOXEL
Sebuah gambar digital terdiri atas kumpulan kotak kubus bernama
matrix. Tiap kotak diwakilkan oleh satu nilai bilangan biner hasil digitasi
(radiografi : hasil atenuasi/intensitas sinyal)
Sebuah kubus yang mempunyai Panjang, Lebar, Tinggi (3 Dimensi) bernama
Voxel (Volume Element) Atenuasi/Intensitas sinyal menentukan komposisi dan
ketebalan objek Misal : Contrast dalam pemeriksaan CT scan.
Pixel (Picture Element) sebuah kotak 2 Dimensi yang terdiri atas
Panjang x Lebar Semakin banyak Pixel yang terkandung, matriks akan semakin
besar resolusi naik Contoh : Matrix 256x256 berisi 65536 pixel jumlah data.
Matrix 512x512 :berisi 262144 data. Ukuran lapangan objek berbeda dengan Matrix
Array Processor
Sebuah 512x512 matrix dalam 30 fps video, ADC harus dapat melakukan
proses 107 Digitasi per detik. Processor yang digunakan untuk menangani
pekerjaan ini dinamakan Array Processor Sebuah Processor yang digunakan untuk
tujuan khusus. Di buat agar dapat melakukan perhitungan aritmatika 10-1000 kali
lebih cepat dari CPU khusus dalam mengolah gambar. Array Processor dapat
disebutkan sebagai sebuah small computer tetapi tidak menjadi bagian dari CPU
peripheral Fungsi Array Processor untuk mempercepat proses matrix dan
perhitungan aritmatika berulang. Menggunakan 2 prinsip matematika :
1. Transformasi Fourier
yaitu : mengurangi amplitudo dan meningkatkan frekuensi dengan manipulasi
matematis untuk mempercepat proses
2. Penjumlahan Matrix,
Pembalikan, Pembelokan
Oleh karena Array Processor dibuat untuk menangani jumlah data yang
amat banyak maka hanya dipasang pada tempat2 dimana sinar-sinar atau sinyal
banyak digunakan Contohnya : Gantry CT Scan, Antena MRI
Dengan Array Processor dapat mempersingkat tugas yang seharusnya
beberapa menit menjadi 5 – 1 detik.
Display Grafis
Walau monitor berwarna, hingga saat ini tampilan masih hitam putih. Frekuensi
layar 30 – 60 Hz mencegah flickering (berkedip).Buffer / penyangga : memori
tambahan untuk input output data sementara agar perbedaan kemampuan antara
hardware atau software menjadi setara. Display Grafis menggunakan sistem frame
buffer untuk melakukan pengolahan kontras, windowing, dan lainnya tanpa
menggangu data gambar dalam memori CPU. Histogram : Histos = berdiri. Gramma =
gambar. Representasi grafis untuk distribusi warna (gray level) dari citra
digital. Sumbu ordinat x (vertikal) representasi derajat pixel. Y : exposure
range (luminisensi).
2.1.6.2.Digital to Analog
Converter (DAC)
Digital analog Converter atau DAC merupakan suatu
komponen yang berfungsi untuk merubah data digital ke dalam data analog. Data
yang dirubah disini dalam bentuk perintah, seperti setelah gambaran yang telah
muncul di monitor di edit maka gambar tersebut akan dibuat dalam bentuk print
outnya. Pada saat proses print itu lah digital analog converter atau DAC
menjalankan tugasnya.
2.2.
Peran CT Scan dalam Radiologi
2.2.1.
Manfaat CT Scan
CT Scanner memiliki
kemampuan yang unik untuk memperhatikan suatu kombinasi dari jaringan, pembuluh
darah dan tulang secara bersamaan. CT Scanner dapat digunakan untuk mendiagnose
permasalahan berbeda seperti :
• Adanya gumpalan darah di dalam paru-paru (pulmonary emboli)
• Pendarahan di dalam otak ( cerebral vascular accident)
• Batu ginjal
• Inflamed appendix
• Kanker otak, hati, pankreas, tulang, dll.
• Tulang yang retak
CT scan generasi terbaru
bahkan bisa memperlihatkan pembuluh darah dengan sangat jelas. CT scan dari GE
Healthcare’s Revolution CT yang telah diaplikasian di West Kendall Baptist
Hospital Florida pada bulan September 2014 lalu. CT Scan ini bukan hanya
memproduksi kualitas yang tinggi untuk memperlihatkan organ dengan detail yang
sangat baik, tapi juga memberikan dosis yang lebih rendah dari CT scan
sebelumnya. CT scan ini dapat memperlihatkan pembuluh darah, organ, tulang dan
jaringan dengan gambar 3D
2.2.2.
Kelebihan dan Kekurangan CT Scan
1.
Kelebihan CT scan
•
Gambar yang dihasilkan memiliki
resolusi yang baik dan akurat.
•
Tidak invasive (tindakan
non-bedah).
•
Waktu perekaman cepat.
•
Gambar yang direkontruksi dapat
dimanipulasi dengan komputer sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang.
2.
Kekurangan CT scan
•
Paparan radiasi akibat sinar X
yang digunakan yaitu sekitar 4% dari radiasi sinar X saat melakukan foto
rontgen. Jadi ibu hamil wajib memberitahu kondisi kehamilannya sebelum
pemeriksaan dilakukan.
•
Munculnya artefak (gambaran
yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini biasanya timbul karena pasien
bergerak selama perekaman, pasien menggunakan tambalan gigi amalgam atau sendi
palsu dari logam, atau kondisi jaringan tubuh tertentu.
•
Reaksi alergi pada zat kontras yang
digunakan untuk membantu tampilan gambar.
3.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
•
Observasi keadaan
alergiterhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat diberikan
deladryl 50 mg.
•
Mobilisasi secepatnya karena
pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.
•
Ukur ntake dan out put. Hal ini
merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya selama
24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi
yang cepat oleh seorang perawat dan dokter.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Pesawat CT Scan pertama
kali dirancang bangun pada tahun 1971 atas dasar tindak lanjut ide teori Dr.
Hounsfield dengan prinsip kerja pesawat teknik tomografi. Dimana lingkup kerja
pesawat CT Scan hanya terbatas pada pengambilan gambar-gambar diagnosa kepala
secara scanner, sehingga pesawat CT Scan waktu itu disebut CT Head Scanner.
CT Scan generasi kedua muncul pada tahun 1975, dimana pesawat CT
Scan II merupakan evolution CT Scan generasi pertama, pada pesawat CT Scan II
mempunyai fasilitas komponen yang lebih lengkap, terutama dalam pemakaian
komponen detector. Pada CT Scan II, sistem detector yang dipakai adalah
multidetector, sehingga sensitifitas pesawat tersebut terhadap berkas radiasi
x-ray yang terpancar dari sumber sinar-x lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pesawat CT Scan yang menggunakan single detector.
Berdasarkan hasil rekontruksi gambaran diagnosa yang dihasilkan, CT
Scan III mampu menampilkan tampilan gambaran diagnostik suatu objek dengan
kemampuan resolusi yang lebih baik daripada gambaran diagnostik yang dihasilkan
pada generasi CT Scan sebelumnya. CT Scan III muncul sekitar tahun 1977 setelah
CT Scan II muncul. Kemunculan pesawat CT Scan III merupakan imbas dari kemajuan
teknologi komputer dalam merekontruksi gambar-gambar medik dengan resolusi
citra yang baik. Hal ini ditandai dengan semakin kompleksnya sistem pesawat
pada CT Scan III. Sehingga pencitraan medik pada gambaran diagnostik tampak
lebih sempurna.
Pesawat CT Scan generasi IV muncul pada tahun 1977 setelah munulnya
CT Scan III. Pesawat CT Scan IV merupakan suatu modifikasi dari CT Scan III.
Karena semua cara kerja yang diaplikasikan pada pesawat CT Scan IV adalah dasar
prinsip kerja pesawat CT Scan III. Meskipun berdasarkan kedetailan penyampaian
informasi secara digital, CT Scan IV sedikit lebih akurat daripada CT Scan III.
Hal ini disebabkan karena pada CT Scan IV dimodifikasi dengan stationary
detector.
CT Scan V muncul tidak layaknya seperti CT Scan generasi sebelumnya.
Pada CT Scan generasi I, II, III, dan IV hadir dengan prinsip aplikasi
fungsional dan peranan x-ray sebagai media pembentuk gambaran diagnostik. Akan
tetapi, pesawat CT Scan V muncul tanpa menggunakan peranan x-ray sebagai media
untuk menampilkan tampilan diagnosa. Hal ini disebabkan karena pada CT Scan V
menggunakan elektron gun sebagai pembangkit energi foton pengganti sinar-x.
Pada Electron Beam Technique tidak menggunakan tabung sinar-x, tapi
menggunakan electron gun yang memproduksi pancaran electron berkekuatan 130 KV.
Pancaran electron difokuskan oleh electro-magnetic coil menuju fokal spot pada
ring tungsten. Proses penumbukkan electron pada tungsten menghasilkan energy
sinar-x. Sinar-x akan keluar melewati
kolimator yang membentuknya menjadi pancaran fan beam. Kemudian sinar-x akan mengenai obyek dan
hasil atenuasinya akan mengenai solid state detector dan selanjutnya prosesnya
sama dengan prinsip kerja CT Scan yang lain.
Perbedaannya hanya pada pembangkit sinar-x nya bukan menggunakan tabung
sinar-x tetapi menggunakan electron gun.
Pengolahan citra digital adalah salah satu bentuk pemrosesan
informasi dengan inputan berupa citra (image) dan keluaran yang juga berupa
citra atau dapat juga bagian dari citra tersebut. Tujuan dari pemrosesan ini
adalah memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau
mesin computer.
Prinsip dasar CT scan
mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih umum dikenal. Kedua
perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah
melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya
adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang
dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi,
informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap)
sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang
tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat
menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu,
citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga
citra yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang
dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.
3.2
Saran
Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah :
1. Setiap orang harus mengetahui seluk baluk CT scan agar tidak salah
menginterpretasikannya
2. Radiographer harus memahami segala hal tentang CT scan untuk
mencegah terjadinya human eror dikarnakan tidak mengetahui cara
mengoprasikannya.
No comments:
Post a Comment