Friday, 22 April 2016

Teknik Pemeriksaan ERCP (Endoscopy Retrograde Cholangio Pancreatography)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Sinar X pertama kalinya ditemukan oleh fisikawan jerman yang bernama Wilhelm Roentgen Pada tahun 1895. Penemuan Sinar X diinspirasi dari hasil percobaan mengamati gerak elektron dari katoda ke anoda di dalam tabung kaca hampa udara yaitu diantaranya tabung katoda (J.J Thompson) dan foto listrik (Heinrich Hertz). Dalam kehidupan sehari-hari, pemanfaatan Sinar-X umumnya digunakan untuk mendiagnosis gambar medikal dan Kristalografi sinar-X pada bidang medis. Sinar X lebih familiar dengan sebutan sinar rontgen. Akan tetapi perlu diwaspadai pula bahwasanya selain bermanfaat, sinar X juga dapat menimbulkan bahaya secara biologik dari radiasi ion sinar X.
Perkembangan dunia radiologi dari sinar-x ditemukan samai sekarang sangat pesat, dari pesawat sinar-x konvensional hingga yang telah berkembang seperti, pesawat sinar-x flouroscopy, CT-Scan , USG , MRI , CR , DR , PET-Scan , dll. Seiring dengan pesatnya perkembangan alat radiologi, semakin pesat pula tekhnik-tekhnik pemeriksaan yang berkembang sehingga banyak pula penyakit yang bisa di diagnosa untuk membantu tindak lanjut pemeriksaan dari suatu penyakit. Salah satu contohnya adalah ERCP atau Endoscopy Retrograde Cholangio Pancreatography, teknhik pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukan endoscope atau selang fiber yang  bisa digerakan yang berisi kamera melalui mulut hingga sampai ke tractus billiaris dan ductus pancreas.
  
1.2         Rumusan Masalah
1.2.1  Bagaimana Anatomi fisiologis dan patologi Tractus Billiaris ?
1.2.2  Apa itu ERCP ?
1.2.3  Bagaimana Tekhnik Radiografi ERCP dan resiko pemeriksaannya ?


1.3         Tujuan Penulisan
Tujuan dari ditulisnya makalah ini saya harapkan agar para pembaca dapat mengetahui beberapa hal sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui dan menjelaskan sistem Tractus Billiari
1.3.2 Untuk mengetahui dan menjelaskan ERCP
1.3.3 Untuk mengetahui dan menjelaskan Tekhnik Radiografi ERCP

1.4         Manfaat Penulisan
Mengacu pada masalah dan tujuannya, karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Sebagai sarana untuk menambah dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di kampus Atro Bali khusunya mengenai tekhnik pemeriksaan ERCP.
1.4.2 Sebagai bahan masukan dan refrensi bagi mahasiswa Atro Bali yang tertarik pada topik mengenai Tekhnik Pemeriksaan ERCP.














BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Sistem Tractus Billiaris
Sistem biliaris merupakan suatu saluran yang mengalirkan empedu dari hepar ke dalam duodenum. Berdasarkan lokasinya terbagi menjadi intrahepatik dan ekstrahepatik. Saluran biliaris intrahepatik terdiri atas kanalikuli biliaris dan duktuli biliaris. Saluran Biliaris ekstrahepatik terdiri atas duktus hepatikus kiri dan kanan, duktus hepatikus komunis, duktus sistikus, dan duktus koledokus. Vesika fellea sendiri merupakan bagian dari saluran biliaris ekstrahepatik yang berbentuk seperti buah pear yang fungsinya sebagai tempat penyimpanan dan pemekatan empedu serta sekresi empedu untuk digunakan dalam duodenum. Fungsi pemekatan empedu dari vesika fellea menyebabkan kadar unsur yang terdapat dalam empedu hepar berbeda dengan kadar unsur empedu dalam vesika fellea. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sekresi empedu dari vesika fellea ke dalam duodenum di antara faktor humoral dan neural. Vesika fellea terletak pada permukaan bawah dari hepar dan terbagi ke dalam 4 bagian anatomi yaitu fundus, korpus, infundibulum dan leher.
Traktus biliaris dan hepar berkembang dari traktus gastrointestinal primitif pada foregut distal, berupa kantong yang dikenal sebagai divertikulum hepar atau liver bud dan pertama kali tampak pada minggu ke-5 kehamilan atau ketika panjang embrio 3 mm (berumur rata-rata 25 hari). Kantong ini kemudian berkembang dan meluas ke arah ventral mesenterium dan terbagi menjadi 2 tunas yaitu cranial bud dan caudal bud. Cranial bud merupakan bakal hepar dan duktus intrahepatik sedangkan caudal bud berkembang menjadi vesika fellea dan duktus sistikus. Dasar dari divertikulum akan menjadi duktus biliaris komunis. Tunas-tunas kecil yang lain berkembang dari bagian proksimal caudal bud dan tumbuh ke bawah dan membentuk bagian ventral pankreas. Cranial bud terbagi menjadi 2 tunas kecil yang berkembang ke atas ke arah septum transversum (bakal diafragma), membentuk lobus kanan dan kiri hepar. Caudal bud terbawa ke atas seiring perkembangan cranial bud dan berhenti pada permukaan bawah dari cranial bud dan membentuk vesika fellea dan duktus sistikus.
Selama cranial bud dan caudal bud berkembang, ventral pancreatic bud berputas 180 derajat dari kanan ke kiri untuk bergabung dengan dorsal pancreatic bud membentuk pankreas. Gabungan antara kedua tunas ini terjadi pada minggu ke-7 kehamilan. Karena ujung duktus koledokus terletak pada ventral pancreatic bud, maka hasil rotasi tersebut menyebabkan pertemuan antara duktus koledokus dengan duodenum berada di dinding posteromedial duodenum, sebelah posterior duktus pankreatikus dorsal.
Kantong di bagian ventral yang merupakan bakal traktus biliaris mula-mula hanya berbentuk tali padat dari sel endoderm dan tidak terdapat lumen. Pada permulaan minggu ke-7 kehamilan, mulai terjadi vakuolisasi dan pembentukan lumen dalam vesika fellea, duktus sistikus, duktus hepatikus dan duktus biliaris komunis.
Pada 3 bulan kehamilan, tampak aliran empedu dari kanalis traktus biliaris ke dalam duodenum.
Description: C:\Users\ADMIN\Pictures\anatomi-dan-fisiologi-sistem-pencernaan-15-638.jpg


2.1.1 Patologi dalam sistem biliari meluputi :
a.        BATU EMPEDU
Paling banyak ditemukan di Amerika ± 10% dan di seluruh dunia ± 20% pada mereka yang berumur di atas 40 tahun.
Anak-anak jarang kecuali pada Hemolitic Anemia
       Perbandingan wanita : pria = 4 : 1
       Ada 3 komponen batu empedu:
1.  Komponen organik yaitu asam dan garam empedu
2.  Bilirubin  larut air
3.  Cholesterol dan tidak larut air
       Garam dan asam empedu klo bercampur dengan air akan terbentuk emulsi. Semua gangguan kronik yang meningkatkan kepekatan empedu dapat menyebabkan batu.
Contoh: pada haemolitic anemia menyebabkan pembentukan bilirubin meningkat dan menyebabkan pembentukan batu-batu pigmen sedangkan pada wanita hamil, obesitas dan DM terdapat hipercholesterolemia dan menyebabkan cholesterol stones
Infeksi juga menyebabkan pembentukan batu empedu oleh karena terdapat pembentukan sekresi protein yang meningkat dan banyak sekali sel-sel yang lepas
Batu yang paling sering ketemu adalah jenis Mixed Stones yang terdiri dari cholesterol, bilirubin, Ca dan sel-sel yang lepas
Batu yang lain (yang tidak terlalu banyak ditemui) adalah bilirubin, Ca stones
b.    CHOLESISTITIS CHRONICA
Merupakan radang kandung empedu
Disebabkan oleh 2 hal:
1. Iritasi mekanis dari bahan-bahan kimia
2. Infeksi kuman
Gejala utama adalah:
1. Gangguan pencernaan
Nausea, Post Prandial Belching (sendawa sesudah makan), flatulens, obstipasi. Keluhan ini sering timbul ketika kelebihan memakan makanan yang mengandung lemak dan protein
2. Serangan kolik billier
Disebabkan oleh karena distensi saluran empedu dan biasanya nyeri bermula dari epigastrium dan menyebar ke costa kanan dan ke punggung ujung scapula kanan. Kadang-kadang ke bahu kanan, ke substernal
Pada puncak serangan sering terjadi muntah-muntah
Pada pemeriksaan fisik : nyeri tekan pada epigastrium dan hypochondrium kanan. Kadang-kadang terdapat peningkatan temparut dan icterus
c.    Gall Stones Ileus
Adalah ileus yang disebabkan oleh batu empedu yang masuk ke usus dan menyumbat di daerah ileum.
d.    Cholesistitis Acuta
Secara klinis terdapat gejala peradangan umum (panas tinggi, menggigil, demam, leukositosis, malaise) dan peradangan lokal. 90% disertai batu
Biasanya karena obstruksi batu dalam ductus cysticus yang menyebabkan distensi dari kandung empedu dan peradangan dan menyebabkan pembuluh darah pada dinding kandung empedu tertekan  terjadi iskhemi dan perforasi
Di daerah iskhemi sebelumnya timbul reaksi radang dan ruptur. Sebelum ruptur, omentum menutup. Omentum ini melengket, membawa leukosit dan makrofag untuk menghadapi infeksi
Akibat dari perforasi kandung empedu adalah abses bahkan subphrenic abcess dan jika dibiarkan timbul fistel ke anus atau masuk ke dalam usus.

e.    Choledocholythiasis
Adalah adanya Batu di dalam ductus choledochus, Biasanya batu dari kandung empedu yang masuk ke ductus choledochus, Pasien biasanya menderita icterus, panas, menggigil dan kolik.

2.2         Endoscopy Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP)
ERCP merupakan suatu perpaduan antara pemeriksaan endoskopi dan radiologi untuk mendapatkan anatomi dari sistim traktus biliaris (kolangiogram) dan sekaligus duktus pankreas (pankreatogram). Metode ini memerlukan alat radiologi dengan kemampuan tinggi, monitor televisi serta ketrampilan khusus dari ahli endoskopi. Prinsip teknik ERCP adalah mula-mula memasukkan endoskop "optik samping" sampai duodenum dan mencari papila Vateri yang merupakan muara bersama dari duktus koledokus dan dari duktus pankreatikus. Kemudian dilakukan kanulasi dari muara papila dengan kateter yang dimasukkan melalui kanal skop. Selanjutnya media kontras disuntikkan melalui kateter tersebut sehingga didapatkan kolangiogram atau pankreatogram yang akan terlihat pada monitor televisi .
Endoscopic Retrograde Choledoco Pancreatography (ERCP) adalah pemeriksaan radiografi pada pankreas dan sistem billiary dengan bantuan media kontras positif dan menggunakan peralatan fiber optik endoskopi untuk menegakkan diagnosa. Atau suatu teknik yang mengkombinasikan endoskopi dan flouroscopy untuk mendiagnosa dan menangani masalah yang berkaitan dengan duktus biliaris dan duktus pankreatikus.
Peran Endoskopi → Masuk dan melihat bagian dalam gaster dan duodenum dan peran Flouroscopy → Menginjeksikan zat radiokontras ke dalam duktus biliaris dan pankreatikus agar bisa dilihat X-ray .
Untuk kasus tertentu seperti Endoscopic Sphincterotomy, Pengangkatan Batu, Pemasangan Stent dan Dilatation of stricture dilakukan ERCP Terapeutik .
Prinsip dari ERCP terapeutik adalah memotong sfingter papila Vateri dengan kawat yang dialiri arus listrik sehingga muara papila menjadi besar (spingterotomi endoskopik).
Kebanyakan tumor ganas yang menyebabkan obstruksi biliaris sering sekali inoperabel pada saat diagnosis ditegakkan. Tindakan operasi yang dilakukan biasanya paliatif dengan membuat anastomosis bilio-digestif. Pada penderita dengan usia lanjut atau dengan penyulit operasi, drainase bilaer dapat dilakukan dengan ERCP terapeutik yaitu memasang endoprostesis parendoskopik. Prinsip dari teknik ini adalah setelah dilakukan small sphingterotomy kemudian dimasukkan prostesis yang terbuat dari tenon dengan bantuan guide wire melalui papila Vateri ke dalam duktus koledokus sehingga ujung proksimal prostesis terletak di bagian proksimal dari lesi obstruksi dan ujung distal terletak di duodenum. Dengan cara ini akan diperoleh drainase empedu internal melalui endosprotesis yang mempunyai lubang-lubang di sampingnya (side holes)
2.2.1 Indikasi Pemeriksaan ERCP
a.      Oral dan intravena cholecystography gagal
b.      Pancreatic disease
c.       Jaundice obstruktif 
d.      Batu empedu
e.      Tumor saluran empedu
f.        Bile Duct Injury (TraumaTerapeutik/Iatrogenik)
g.      Disfungsi (Sphincter of Oddi) 
h.      Tumor pankreas
2.2.2  Kontra Indikasi pemeriksaan ERCP
a.      Infark Miokard
b.      Alergi zat radiokontras
c.       Penyakit kardiopulmonal
d.      Pyloric Stenosis dapat menghalangi endoskopi
e.      Acute pancreatitis
f.        Glaucoma
g.      Pseudocyst

2.3         Tekhnik Radiografi Endoscopy Retrograde Cholangio Pancreatography
Pasien disedasi atau anestesi. Kemudian kamera fleksibel ( endoscope ) dimasukkan melalui mulut, kerongkongan bawah, ke dalam perut, melalui pilorus ke dalam duodenum dimana ampula Vateri (pembukaan umum saluran empedu dan saluran pankreas) ada. Para sphincter Oddi adalah katup otot yang mengendalikan pembukaan ampula. Wilayah ini dapat langsung divisualisasikan dengan kamera endoskopi sementara berbagai prosedur yang dilakukan. Sebuah kateter plastik atau kanula dimasukkan melalui ampula, dan media kontas disuntikkan ke dalam saluran empedu, dan / atau saluran pankreas. Fluoroskopi digunakan untuk mencari penyumbatan, atau lesi lainnya seperti batu.
Jika diperlukan, pembukaan ampula dapat diperbesar dengan kawat berlistrik ( sphincterotomy ) dan dapat melakukan akses ke saluran empedu sehingga batu empedu dapat diambil atau terapi lain yang dilakukan.
Prosedur lain yang terkait dengan ERCP termasuk trawl dari saluran empedu umum dengan keranjang atau balon untuk mengambil batu empedu dan penyisipan /insersi dari plastik stent untuk membantu pengaliran empedu. Juga, saluran pankreas dapat dikanulasi dan stent dimasukkan. Saluran pankreas membutuhkan visualisasi dalam kasus pankreatitis.
Dalam kasus tertentu, kamera kedua dapat dimasukkan melalui saluran endoskopi pertama. Ini disebut duodenoscope dibantu cholangiopancreatoscopy (DACP) atau mother-daughter ERCP. daughter scope dapat digunakan untuk memasukkan langsung electrohydraulic litotripsi untuk menghancurkan batu, atau untuk membantu dalam diagnosis dengan langsung memvisualisasikan saluran (sebagai lawan mendapatkan gambar sinar-X).
Kandung empedu harus diangkat dengan operasi ( kolesistektomi ) setelah sukses pengambilan batu empedu dari saluran empedu.
2.3.1 Persiapan Alat
a.    Pesawat sinar-x dan fluoroskopi
b.    Fiber Optic Endoscope : satu bendel glass fibre disatukan dan xenon light illuminator ditengah, alat ini ada saluran untuk masuk kateter untuk memasukkan media kontras.
c.    Kaset dan film
d.    Apron
e.    Gonad shield
f.     Kateter
g.    Media kontras
h.    Obat dan peralatan emergensi
2.3.2 Persiapan Pasien
1.    Tanyakan apakah pasien hamil atau tidak.
2.    Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat asma atau tidak.
3.    Pasien diminta menginformasikan tentang obat-obatan yang dikonsumsi.
4.    Pemeriksaan darah lengkap dilakukan 1-2 hari sebelumnya.
5.    Pasien puasa 5-6 jam sebelum pemeriksaan dimulai.
6.    Bila diperlukan, pasien dapat diberikan antibiotik.
7.    Penandatanganan informed consent (IC).
8.    Plain foto abdomen.
9.    Premidikasi ameltocaine lozenge 30 mg.
10. Media kontras : untuk Pancreatic Duct diberikan Angiografin 65%  atau sejenisnya dan untuk Billiary Duct diberikan Conray 280 atau sejenisnya.
2.3.3 Tekhnik Pemeriksaan
1.    Pasien disedasi atau dianesthesi.
2.    Pasien miring di sisi kiri pada meja pemeriksaan.
3.    Endoskop dimasukan melalui mulut,turun ke esofagus, kemudian gaster,melalui pylorus, dan masuk ke dalam duodenum dimana terdapat Ampulla of  Vater (pembukaan common bile duct danpancreatic duct) dan Sphincter of Oddi  adalah muscular valve yang mengatur pembukaan ampulla.
4.    Kemudian sebuah cannula atau catheter dimasukan melalui ampulla, danzat radiokontras disuntikan ke dalam duktus biliaris dan duktus pankreatikus.
5.    Endoskopi diposisikan pada bagian tengah duodenum dan papilla vateri.
6.    Poly kateter diisi media kontras (berada di pertengahan endoskopi).
7.    Dibuat spot foto dipandu dengan fluoroscopy.
2.3.4 Perawatan Post Prosedur
1.    Pasien dimonitor hingga efek dari obat-obatan hilang.
2.   Setelah pemeriksaan, pasien mungkin akan mengalami perasaan tidak nyaman pada tenggorokan, kembunga dan nausea (udara yang masuk).
3. Komplikasi yang mungkin muncul seperti pancreatitis,perforasi, pendarahan ataupun reaksi alergi akibat sedative.
4.    Informasikan pada pasien untuk melaporkan apabila muncul fever (nyeri yang hebat) ataupun pendarahan.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiHG8PmcaWIhpGE_pi0qfjS7LjfAMYrdVnx0WexqVBoE5-uysGS9k3b-v_VqXLZnU8lFFQFtUrOnZm264yW-gxVRqHnL3fLWLwgn9inQqMGWe5sToxNfBD_hfhULHn-zhwbvvW4Z8UewWs/s1600/220px-ERCP_stone.jpg
Gambar fluoroscopy dari saluran empedu batu terlihat pada saat ERCP. Batu terdapat pada saluran empedu bagian distal. sebuah nasobiliary tube  telah dimasukkan.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzl53B0Q2eRHd08Dq891kgKrZ01L4LT9T4qRUxBAUH3fA62FY9DRZdUFKHBs4xmJjsyt6RZ_tydWYPbKksbwSekLI28Wa4-NP9b-zcWr9glxVdDN-5N8-XTSZTPO4lgHASJaQobD73-UhA/s1600/200px-ERCP_dilatation.png
Gambar Fluoroscopy menunjukkan dilatasi saluran pankreas selama pemeriksaan ERCP. Endoskopi juga tampak

2.3.5 Resiko ERCP
Risiko utama dari ERCP adalah  pankreatitis yang lebih parah , yang dapat terjadi pada sampai dengan 5% dari semua prosedur. Ini mungkin diri terbatas dan ringan, tetapi mungkin memerlukan rawat inap, dan jarang, mungkin mengancam jiwa. Pasien yang beresiko tambahan untuk pankreatitis adalah pasien yang lebih muda, pasien dengan sebelumnya pasca ERCP pankreatitis, perempuan, prosedur yang menggunakan kanulasi atau suntikan saluran pankreas, dan pasien dengan disfungsi sphincter Oddi.
Perforasi usus adalah risiko dari setiap prosedur endoskopi, dan merupakan risiko tambahan jika sphincterotomy yang dilakukan. Sebagai bagian kedua dari duodenum secara anatomis di lokasi retroperitoneal (yaitu, di belakang struktur peritoneal dari perut), perforasi karena sphincterotomies juga retroperitoneal. Sphincterotomy juga berhubungan dengan risiko perdarahan.
Oversedation dapat mengakibatkan tekanan darah sangat rendah, depresi pernapasan, mual, dan muntah.
Ada juga risiko yang berkaitan dengan media kontras pada pasien yang alergi terhadap senyawa yang mengandung yodium.

BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Sistem biliaris merupakan suatu saluran yang mengalirkan empedu dari hepar ke dalam duodenum. Berdasarkan lokasinya terbagi menjadi intrahepatik dan ekstrahepatik. Saluran biliaris intrahepatik terdiri atas kanalikuli biliaris dan duktuli biliaris. Saluran Biliaris ekstrahepatik terdiri atas duktus hepatikus kiri dan kanan, duktus hepatikus komunis, duktus sistikus, dan duktus koledokus.
Patologi yang biasa dialami oleh sistem billiaris adalah Batu empedu , Cholestitis Cronica, Gall Stones Ileus, Cholesistitis Acuta, Choledocholythiasis.
ERCP merupakan suatu perpaduan antara pemeriksaan endoskopi dan radiologi untuk mendapatkan anatomi dari sistim traktus biliaris (kolangiogram) dan sekaligus duktus pankreas (pankreatogram). Metode ini memerlukan alat radiologi dengan kemampuan tinggi, monitor televisi serta ketrampilan khusus dari ahli endoskopi. Prinsip teknik ERCP adalah mula-mula memasukkan endoskop "optik samping" sampai duodenum dan mencari papila Vateri yang merupakan muara bersama dari duktus koledokus dan dari duktus pankreatikus. Kemudian dilakukan kanulasi dari muara papila dengan kateter yang dimasukkan melalui kanal skop. Selanjutnya media kontras disuntikkan melalui kateter tersebut sehingga didapatkan kolangiogram atau pankreatogram yang akan terlihat pada monitor televisi .
2.2.1 Indikasi Pemeriksaan ERCP
a.    Oral dan intravena cholecystography gagal
b.    Pancreatic disease
c.    Jaundice obstruktif 
d.    Batu empedu
e.    Tumor saluran empedu
f.     Bile Duct Injury (TraumaTerapeutik/Iatrogenik)
g.    Disfungsi (Sphincter of Oddi) 
h.    Tumor pankreas
2.2.2  Kontra Indikasi pemeriksaan ERCP
a.    Infark Miokard
b.    Alergi zat radiokontras
c.     Penyakit kardiopulmonal
d.    Pyloric Stenosis dapt menghalangi endoskopi
e.    Acute pancreatitis
f.      Glaucoma
g.    Pseudocyst
Prosedur pertama pada saat pemeriksaan ERCP adalah Pasien disedasi atau anestesi. Kemudian kamera fleksibel ( endoscope ) dimasukkan melalui mulut, kerongkongan bawah, ke dalam perut, melalui pilorus ke dalam duodenum dimana ampula Vateri (pembukaan umum saluran empedu dan saluran pankreas) ada. Para sphincter Oddi adalah katup otot yang mengendalikan pembukaan ampula. Wilayah ini dapat langsung divisualisasikan dengan kamera endoskopi sementara berbagai prosedur yang dilakukan. Sebuah kateter plastik atau kanula dimasukkan melalui ampula, dan media kontas disuntikkan ke dalam saluran empedu, dan / atau saluran pankreas. Fluoroskopi digunakan untuk mencari penyumbatan, atau lesi lainnya seperti batu.
Risiko utama dari ERCP adalah  pankreatitis yang lebih parah , yang dapat terjadi pada sampai dengan 5% dari semua prosedur. Ini mungkin diri terbatas dan ringan, tetapi mungkin memerlukan rawat inap, dan jarang, mungkin mengancam jiwa. Pasien yang beresiko tambahan untuk pankreatitis adalah pasien yang lebih muda, pasien dengan sebelumnya pasca ERCP pankreatitis, perempuan, prosedur yang menggunakan kanulasi atau suntikan saluran pankreas, dan pasien dengan disfungsi sphincter Oddi. Poliferasi usus juga merupakan resiko yang sering terjadi post pemeriksaan ERCP.  


3.2         Saran
Saran penulis untuk para pembaca adalah Dalam melakukan pemeriksaan ERCP harus mempertimbangkan keadaan pasien apabila pasien memiliki gangguan pankreas akut dan Pyloric Stenosis, maka harus dipertimbangkan dalam melakukan pemeriksaan ERCP. Selain itu kita harus memastikan tingkat alergi pasien terhadap Media kontras. Dan penulis menyarankan kepada para pembaca untuk dapat  benar-benar memahami Teknik Radiografi ini agar dapat lebih memahami bagaimana teknik pemeriksaan Radiografi Endoscopy Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP).


















No comments:

Post a Comment